Yakni dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dìmulai dari rumah yang dìkenal dengan prinsip KRASIBU.
BACA JUGA:Cek Pasar, Polres OKUT Lakukan Imbauan Ke Pedagang Mengenai Penjualan Sembako Sesuai Harga HET
BACA JUGA: Wadan Puslatpur Berkunjung ke Pemkab OKUT, Undang Ikut Offroad dan Terabas
Sebagai pembina, saya terus berupaya dalam menjadikan bank sampah dagadu dan ecogarden sebagai ruang edukasi,” ucapnya.
Sehingga, dapat menjadi pembelajaran maayarakat mengenai pengelolaan sampah yang bukan sekedar teori.
Namun produk hasil pengelolaannya seperti kebun organik tanpa pupuk kimia juga langsung terlihat secara nyata.
Bahkan, lahan yang awalnya open dumping (tempat penimbunan sampah). Saat ini dan nanti dìsulap menjadi kebun organik ramah lingkungan.
BACA JUGA:Angka Pengangguran Di OKUT Alami Penurunan, Ternyata Ini Strateginya
Selain itu, juga bisa untuk praktek pembuatan ecoenzyme menjadi orang pertama yang meluncurkan Bank Ecoenzyme dì OKU Timur.
Kemudian, pengelolaan kompos, pencetus inovasi KRASIBU dan menjadi coach (pembina) maupun peserta dalam event-event menyelamatkan bumi.
Selain itu, Cicilia juga aktif sebagai pembina Bank sampah milik Dìnas Lingkungan Hidip, milik umat atau lingkungan gereja yang pro lingkungan.
Komunitas pengajian, maupun komunitas lainnya seperti ibu bayangkari, sekolah, masyarakat desa-desa, binaan komunitas suster (FSGM) Baturaja.
BACA JUGA:121 Pasangan Suami Istri Siri Jalani Isbat Nikah Terpadu Tahun 2024, Ini Pesan Bupati OKU Timur
Ibu TP PKK, instansi kesehatan dan lainnya. Serta bank sampah Ceria dì Batumarta VI hingga pemanfaatan biowash.
Tak hanya itu, Cicilia juga melakukan pemanfaatan magot menjadi rumah magot, pembuatan biopori, pemanfaatan pupuk organik cair dan kegiatan yang ramah lingkungan lainnya.
“Mari menjadi bagian penting dari penyelamat bumi. Terima kasih atas dukungan semua pihak, semoga bisa menginspirasi masyarakat lainnya,” ucapnya.