Setelah benar-benar memahami dan menguasai adat atau tradisi Sedekah Rame, barulah diterapkan atau dilaksanakan di Batu Urip.
BACA JUGA:Festival Teater Pelajar Kudus Kembali Hadir, Usung Tema Membaca Optimisme Realitas Sosial Hari Ini
BACA JUGA:Tanah Besemah Pusat Megalitikum, Ini 3 Situs yang Layak Anda Kunjungi
Sedekah Rami dilaksanakan secara berkala sesuai dengan situasi dan kondisi di Batu Urip.
Tradisi Sedekah Rame hingga sekarang masih tetap bertahan dan tetap lestari di Batu Urip.
Tradisi ini dirayakan setiap lima tahun sekali biasanya sebelum melaksanakan sedekah rame masyarakat batu urip terlebih dahulu melakukan musyawarah.
Saat sedekah rame masyarakat diminta untuk membawa buah tangan berupa hasil bumi sebagai ucapan rasa syukur.
BACA JUGA:Tanah Besemah Pusat Megalitikum, Ini 3 Situs yang Layak Anda Kunjungi
BACA JUGA:6 Warisan Budaya Takbenda Terbaru di Sumatera Selatan, Nomor 5 Sering Ditemui di Moment 17 Agustusan
Pada perayaan sedekah rame masyarakat batu Urip berkumpul di sebuah lapangan untuk menyaksikan ritual pencucian benda pusaka peninggalan leluhur.
Pusaka yang saat ini masih dipegang oleh keturunan akan dicuci dan setelah dilakukan pencucian langsung dilaksanakan doa bersama.
Setelah tradisi sedekah rame dilaksanakan ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat batu Urip selam tiga hari.
Pertama tidak boleh menangkap ikan di sungai dengan menggunakan alat apapun, kedua tidak boleh memetik buah labu dan yang ketiga tidak boleh menjemur padi didepan rumah.
BACA JUGA:3 Kampung Unik di Pagaralam, Nomor 1 dan 2 Pernah Dapat Penghargaan Nasional
BACA JUGA:Sultan Palembang Akui Pentingnya Menjaga Arsip demi Mengetahui Sejarah Masa Lampau
Apabila ada masyarakat yang melanggar maka akan dijatuhkan sangsi berupa membayar seluruh biaya sedekah rame.*