Adjib Al Hakim, menjelaskan bahwa penerapan ESG sangat penting dalam proyek ini.
"Dalam hal ini, tata kelola yang baik dalam praktik pengadaan lahan menjadi prioritas utama. Kami memastikan bahwa prosedur pengadaan lahan mengikuti standar yang baku dengan tujuan utama meminimalisir dampak lingkungan," kata Adjib.
Dari sisi konstruksi, penerapan nilai ESG juga dilakukan dengan prinsip green infrastructure. Ini mencakup berbagai upaya untuk mengurangi dampak lingkungan, termasuk:
BACA JUGA:Jalan Tol Pertama di Jambi Hampir Rampung, Tinggal Finishing, Akhir Agustus Gunting Pita
- Mengurangi emisi dan suara dari aktivitas konstruksi untuk melindungi kualitas hidup masyarakat sekitar.
- Memastikan bahwa kualitas tanah dan air tidak terpengaruh oleh kegiatan konstruksi.
- Menjaga ekosistem dan spesies yang ada di kawasan proyek.
- Menangani limbah konstruksi dengan cara yang ramah lingkungan.
BACA JUGA:Panjangnya Hanya 2,65 Kilometer, Inilah Jalan Tol Terpendek di Indonesia, Beroperasi Sejak 2021
Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana penerapan prinsip ESG dan prosedur yang standar dapat membantu mengatasi masalah pembebasan lahan yang rumit dan memberikan contoh terbaik untuk proyek serupa di seluruh Indonesia.
Prestasi Riau ini menjadi sorotan bagi provinsi tetangga, Sumatera Barat, yang juga tengah menghadapi tantangan dalam pembangunan jalan tol.
Pembangunan jalan tol di Sumatera Barat sering kali terhambat oleh masalah pembebasan lahan, dan keberhasilan Riau dapat menjadi referensi yang sangat berharga.
Dengan melihat bagaimana Riau berhasil mengatasi berbagai kendala dan mencapai target, diharapkan Sumatera Barat dan daerah lainnya dapat terinspirasi untuk menerapkan solusi serupa dalam proyek infrastruktur mereka.