MALANG, KORANPALPRES.COM - Pantang menyerah adalah prinsip yang selalu dipegang teguh oleh guru besar di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
Perjalanan hidup guru besar bidang gunung api, Prof. Sukir Maryanto, S.Si, M.Si, Ph.D., terbilang penuh dengan tantangan.
Berkat semangat tak kenal lelah, pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 21 Juni 1971 ini berhasil mencapai puncak karier akademis.
Puncak karier akademisnya yakni sebagai Guru Besar di bidang Gunung Api (Vulkanologi) dan Panas Bumi (Geothermal) di Universitas Brawijaya.
BACA JUGA:Executive Forum SEVIMA, Ratusan Rektor Temukan 3 Tips Kampus Agar Digandrungi Gen Z
Kecintaan sang guru besar ini terhadap ilmu fisika telah tumbuh sejak usianya masih relatif muda.
Ditambah ketertarikannya pada vulkanologi yang muncul dari keinginan untuk berkontribusi dalam bidang yang jarang diminati.
Patut pula dimaklumi kata dia, bahwa tak kurang 13 persen gunung api di dunia ada di Indonesia.
“Jadi menurut saya, gunung api itu harus dipelajari, karena selain ada potensi bahaya, ada pula potensi energinya," beber Prof. Sukir bersemangat dalam Webinar SEVIMA, Selasa, 3 September 2024.
BACA JUGA:Komitmen Akses Pendidikan Berkualitas di Indonesia, SEVIMA Gandeng Mantan Petinggi Kemendikbud
BACA JUGA:6 Rekomendasi Wisata di Lubuklinggau, Mulai dari Panorama Alam Hingga Sejarah Militer
Bagi Sukir pribadi, mempelajari gunung api bukan sekadar ilmu, melainkan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan.
Hanya saja dia mengakui bahwa perjalanan menuju gelar profesor tidaklah mudah seperti dibayangkannya.
Sukir mesti menjumpai banyak rintangan, termasuk kesulitan ekonomi yang hampir membuatnya putus asa.