Ia memilih Batu Malang karena pendidikan di Kota Apel ini menurutnya lebih baik dibanding di daerah transmigrasi.
Sukir akhirnya bersekolah di SMA PGRI Batu.
Di sekolah ini, kepintarannya dalam fisika mulai bersinar, membawa tim sekolahnya meraih kemenangan dalam lomba cerdas cermat, mengalahkan sekolah-sekolah negeri ternama pada saat itu.
BACA JUGA:Merapat! Gini Cara Dapatkan Saldo DANA Gratis, Kenali Teknik Langkah-langkahnya
BACA JUGA:KONDISI TERKINI Pasar Kuto Palembang, Begini Penataan di ERA Eddy Santana Putra
Setelah lulus SMA, Sukir sempat merantau ke Jakarta untuk mencari beasiswa.
Meskipun gagal dalam seleksi akhir beasiswa, ia tidak lekas patah semangat.
Sukir bekerja keras sebagai operator mesin pemintal benang selama 1 tahun, sebelum akhirnya diterima di Jurusan Fisika Universitas Brawijaya.
Semasa kuliah, ia juga tetap berdagang, mengumpulkan pundi-pundi rupiah, serta mempertebal tekad untuk terus belajar dan mengubah nasib.
BACA JUGA:Ketua Stisipol Candradimuka Ada di Ruang Kerja Danrem Gapo, Ada Apa?
BACA JUGA:Menjelajahi 7 Tempat Wisata Terbaik di Pagar Alam, Surganya Bagi Pecinta Alam
“Saya sempat cuti kuliah selama satu tahun untuk bertemu dengan keluarga dan menabung,” kenang Sukir.
Kegigihannya membuahkan hasil, dan ia berhasil meraih gelar sarjana, lalu melanjutkan pendidikan hingga jenjang S3 dengan beasiswa.
Semua studinya berpusat pada Gunung Api, seiring dengan kehidupan sehari-harinya di Batu Malang yang memang dekat dengan salah satu Gunung Api terbesar di Jawa, yaitu Gunung Semeru.
Menurut Sukir, Indonesia ini dekat dengan gunung api, tapi justru belum banyak orang belajar tentang gunung api.
BACA JUGA:Kinerja Enos Yudha Hasilkan 7 Capaian Penting Selama 3 Tahun Memimpin OKU Timur