Awalnya, rejung dibawakan tanpa diiringi alat musik apa pun. Pementasannya hanya menggunakan irama tutur khas masyarakat Besemah.
Aksen dan bahasa yang digunakan menonjolkan cara hidup masyarakat setempat. Namun pada akhirnya irama melodi dan rejung berpadu membentuk Tembang Batanghari Sembilan.
Bentuk kesenian ini dicirikan oleh alat-alat musik antara lain getak-getuk, redap, dan kenung, yang berevolusi dari perkusi dasar.
BACA JUGA:Seram! 8 Tempat Wisata Mistis di Palembang, Bikin Bulu Kuduk Merinding!
BACA JUGA:6 Rekomendasi Wisata di Lubuklinggau, Mulai dari Panorama Alam Hingga Sejarah Militer
Ada pula alat musik tiup seperti serendam, ginggung, dan carak. Alat musik modern seperti biola, akordeon, terompet, dan gitar digunakan sebagai pengiring setelah orang Barat mengambil alih Sumatera Selatan.
Setelah masuknya bangsa Barat, alat musik tiup ginggung menjadi satu-satunya alat musik tradisional yang tersisa.
Selanjutnya kebangkitan negara-negara barat mengakibatkan terpecahnya Tembang Batanghari Sembilan menjadi tiga genre: rejung, triad, dan delapan gitar tunggal.
Lagu Batanghari Sembilan kadang dimainkan untuk menyambut tamu istimewa, misalnya kepala daerah.
BACA JUGA:Menjelajahi 7 Tempat Wisata Terbaik di Pagar Alam, Surganya Bagi Pecinta Alam
BACA JUGA:Mengenal 5 Fakta Menakjubkan Pulau Kemaro, Destinasi Wisata di Palembang yang Populer!
Tembang Batanghari Sembilan termasuk Tembang Nasib, sebutan dari Desa Muara Kuang di Kabupaten Ogan Ilir.
3. Tradisi Rumpak – Rumpak
Rumpak-rumpak merupakan salah satu tradisi khas yang berkaitan dengan hari raya keagamaan di Sumatera Selatan.
Selain untuk menyambut Idul Fitri, adat ini juga dilakukan untuk merayakan 1 Syawal dan Idul Adha.
BACA JUGA:4 Tempat Wisata Alam di Baturaja OKU, Menarik Untuk Kamu Kunjungi Bareng Keluarga