Dengan bekal uang saku yang sangat minim -hanya Rp 50 ribu setiap bulan untuk semua kebutuhan mulai dari uang kuliah, bayar kos, hingga makan - Iskhaq harus mencari cara untuk bertahan hidup.
Akhirnya dia tak ragu mengambil pekerjaan sebagai kondektur bus kota Palembang di Jurusan Kilometer 12 - Plaju.
Meski harus menahan rasa malu, terutama saat bertemu dengan teman-teman kuliahnya, Iskhaq tetap menjalani pekerjaan ini dengan semangat.
BACA JUGA:Guru Besar UIN Raden Fatah Prof Abdurrahmansyah Bahas Pedagogical Content Knowledge, Begini Isinya!
BACA JUGA:Jumlah Guru Besar UIN Raden Fatah Naik 64 Persen, Langkah Wujudkan Kampus Kelas Dunia
Baginya, tak ada yang lebih penting daripada bisa melanjutkan pendidikan.
Bahkan dia mengungkapkan bahwa istrinya tercinta, Silviana juga ketemunya saat dirinya menjadi kondektur bus.
Di samping memang dia dan wanita pujaan hatinya itu satu kampus di Unsri.
“Saat itu saya malu, tapi saya lebih memilih malu daripada tidak makan," kenang Iskhaq.
BACA JUGA:Besok, 6 Guru Besar UIN Raden Fatah Dikukuhkan, Berikut Daftar Namanya!
BACA JUGA:Guru Besar Filosofi UIN Jakarta Raih Habibie Prize 2023, Perdana Diraih Perguruan Tinggi Keagamaan
Untuk menambah penghasilan, Iskhaq juga bekerja sebagai kuli panggul di pasar bersama teman satu kosnya.
Setiap pagi, usai Salat Subuh, ia berjalan sejauh 3 kilometer menuju pasar untuk mengangkat barang-barang belanjaan milik orang.
Kehidupan yang keras ini membuatnya harus mengatur segalanya dengan sangat hemat, termasuk pola makannya.
Dia hanya makan 2 kali sehari, pada pukul 10.00 dan pukul 17.00, demi bisa bertahan dalam kondisi yang serba terbatas.
BACA JUGA:Jelang SULE-IC FKIP Unsri Tahun 2024, Sekda Edward Candra Beri Komentar Mengejutkan