Kata Manalap dapat diartikan sebagai mengambil atau mencari, sementara Siddhayatra berasal dari dua kata berbahasa Sansekerta yaitu Siddha dan Yatra yang memiliki arti perjalanan suci yang telah dilakukan seseorang dan telah berhasil sampai tujuan.
BACA JUGA:Strategi Jitu Disbudpar Sumsel Membikin Pelajar Cinta Budaya Daerah
Melalui kalimat manalap siddhayatra, prasasti ini mengabadikan kisah perjalanan dan keberhasilan penaklukan wilayah Minanga pada Era Dhapunta Hyang.
Dalam pameran ini ditampilkan replika kerangka manusia dari Gua Harimau menjadi objek yang mewakili periode prasejarah di Sumsel.
Objek ini dipilih karena merupakan bukti bahwa lebih dari 2.000 tahun silam, daerah perbukitan di sisi barat Sumsel telah dihuni oleh manusia purba.
“Artinya, peradaban beserta kebudayaannya telah lahir jauh sebelum catatan kemasyhuran Kedatuan Sriwijaya,” tambahnya.
BACA JUGA:6 Warisan Budaya Takbenda Terbaru di Sumatera Selatan, Nomor 5 Sering Ditemui di Moment 17 Agustusan
Pada periode berikutnya, jejak kejayaan Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan Islam juga turut ditampilkan.
Beberapa objek seperti prasasti emas, mata uang kuno, hingga kerangka kapal kuno.
Selain itu, terdapat pula hasil temuan masyarakat seperti alat tukar, ingot timah seberat 35 kg, hingga manik-manik.
Relief candi dan beberapa tinggalan dari peradaban klasik di daerah Bumiayu, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) juga turut dipamerkan.
Seluruh objek fisik ini merupakan jejak yang membuktikan geliat peradaban Sumsel pada masa lampau.
“Sementara songket Palembang juga turut ditampilkan sebagai warisan budaya tak benda,” katanya.
Pameran ini merupakan wadah bagi masyarakat di Sumsel untuk mengenal jejak warisan leluhur.