Dalam tradisi perkawinan di Pedamaran, terutama pada masa lampau, dikenal dengan hantaran songket tujo turunan atau tigo turunan.
Artinya songket begitu penting dan digunakan terus di Pedamaran, baik dalam adat perkawinan, tujuh bulanan, atau marhabanan.
Hal ini juga membuktikan bahwa kerajinan songket pernah berkembang di Pedamaran.
BACA JUGA:Songket Mudahkan Pencegahan, Pemadaman dan Penegakan Hukum Karhutla di Sumsel
Hanya saja seiring hilangnya para pengrajin, begitupun keberadaan songket juga ikut tergerus dan punah.
“Oleh karena itu menjadi penting untuk menggali kembali dan menghidupkan kerajinan songket Marga Danau di Pedamaran,” tukas Dedi.
Drs Ansori MPd, anggota Tim Pengabdian Unsri menimpali, kegiatan ini bertujuan agar ATBM ini kembali akrab di masyarakat Pedamaran.
“Sehingga nanti muncul kembali kegiatan tenun songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran ini,” cetus dia.
BACA JUGA:1.000 Mahasiswa FISIP Unsri Latihan Penguasaan Platform Digital, Bekal Masuk Dunia Kerja
Anggota Tim Pengabdian Unsri lainnya, Dr Agustina Bidarti SP MSi menambahkan, upaya penggalian potensi songket Marga Danau Pedamaran ini merupakan peluang dan tantangan dalam mengelola kewirausahaan songket di pedesaan.
Agustina menilai kualitas kain songket ditentukan juga oleh seorang penenun songket.
Oleh karena itu menurut dia, penenun membutuhkan konsentrasi, kerapian dan teliti dalam menenun songket.
Sama seperti menganyam tikar purun yang telah lama eksis di Pedamaran.