Menenun songket bukanlah pekerjaan sekali jadi atau instant karena membutuhkan waktu cukup lama.
Untuk menyelesaikan pembuatan 1 helai kain tenun songket jelas Agustina, membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 12 hari dengan jam kerja 8 sampai 12 jam per hari.
Fakta ini pula sambung Agustina menunjukkan bahwa pekerjaan penenun tersebut hanya semata-mata menenun.
“Inilah yang akan kita bangkitkan di Pedamaran tersebut, di mana ibu-ibu bisa menenun songket, dan bapak-bapak sesekali dapat membuat ATBM,” sebutnya.
Sehingga sambung dosen Agribisnis Unsri ini, upaya tersebut dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga di kalangan pengrajin.
Sekaligus nantinya dapat melestarikan kembali songket Marga Danau di Pedamaran.
Masih menurut Agustina, jika melihat potensi kain songket yang terus dipergunakan dalam adat istiadat di Pedamaran.
“Maka secara sudut pandang entrepreneurship, songket berpotensi besar untuk dikembangkan kembali di Pedamaran,” cetusnya.
BACA JUGA:Jelang SULE-IC FKIP Unsri Tahun 2024, Sekda Edward Candra Beri Komentar Mengejutkan
Hasil kerajinan songket Marga Danau ini juga dapat mengisi tempat penjualan di Pasar 16 Ilir, Komplek Pertokoan Ilir Barat Permai Ramayana 24 Ilir, atau di outlet-outlet rumah songket di Kampung Suro Palembang.
Selain itu, sebagian songket Marga Danau Pedamaran juga bisa dijual di Pasar Kalangan Desa Baru, Pasar Serinanti atau Pasar Kayuagung.
Sehingga bisa menjadi potensi ekonomi masyarakat pedesaan sekaligus menjadikan kembali Pedamaran 6 sebagai Kampung Songket Marga Danau.