Partisipan kemudian dikelompokkan menjadi tiga: kronotipe awal (20 persen dengan titik tengah tidur paling awal), kronotipe akhir (20 persen dengan titik tengah tidur paling akhir), dan kronotipe menengah (60 persen sisanya).
BACA JUGA:Benarkah Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes? Ini Penjelasannya
Para peneliti kemudian mengukur BMI dan lingkar pinggang semua peserta.
Lemak visceral dan lemak hati masing-masing diukur menggunakan pemindaian MRI dan spektroskopi MR.
Setelah tindak lanjut rata-rata 6,6 tahun, 225 peserta didiagnosis menderita diabetes tipe 2.
Dibandingkan dengan kronotipe menengah, peserta dengan kronotipe lanjut memiliki risiko diabetes tipe 2 sebesar 46 persen lebih tinggi, bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain termasuk usia dan gaya hidup.
Para peneliti mencatat, hal ini menunjukkan bahwa faktor gaya hidup saja tidak dapat menjelaskan peningkatan risiko diabetes tipe 2 pada kronotipe lanjut.
Studi Sebelumnya
Studi sebelumnya juga mendukung temuan ini.
Sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal Annals of Internal Medicine tahun 2023 misalnya, menemukan bahwa orang yang suka tidur larut malam dan bangun siang lebih berisiko 19 persen terkena diabetes tipe 2 dibanding orang yang suka bangun pagi.
Dalam studi ini ditemukan juga alasannya adalah orang yang tidur larut malam 54 persen lebih mungkin mengembangkan gaya hidup tidak sehat.
Kebiasaan yang dimaksud seperti merokok, kurang tidur, dan pola makan yang buruk.
Padahal, gaya hidup semacam itu menjadi kontributor utama dari risiko diabetes.
Untuk itu, demi mengurangi risiko diabetes tipe 2, mengatur ulang pola tidur dan kebiasaan makan perlu dilakukan.
Misalnya saja, kita perlu berhenti makan lebih awal, seperti jam 6 sore. Ini akan membantu kita mengatur metabolisme tubuh.