Terjadi peningkatan tajam aktivitas di media sosial selama Pilkada 2020, dengan adanya sekitar 175.000 diskusi di Twitter mengenai Pilkada.
BACA JUGA:Telisik Pendidikan Politik di Universitas Andalas, Membangun Generasi Cerdas dan Kritis
Studi kasus: Pemilu 2019 dan dampak sosial media
Media sosial berperan penting dalam membentuk opini publik pada pemilu 2019.
Salah satu fenomena yang mencolok adalah penggunaan tagar #2019GantiPresiden yang menjadi tren di berbagai platform dan mempengaruhi persepsi terhadap calon presiden.
Media sosial menyediakan platform bagi pengguna untuk berbagi pendapat dan informasi positif dan negatif tentang kandidat yang bersaing.
Anies Baswedan merupakan sosok yang sering diperbincangkan dan menunjukkan bagaimana interaksi di media sosial membentuk persepsi masyarakat.
Data menunjukkan lonjakan aktivitas media sosial, dengan sekitar 175.000 diskusi terkait pilkada di Twitter, yang mencerminkan tingginya tingkat keterlibatan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.
Konten yang viral di media sosial berpotensi menimbulkan citra positif atau negatif terhadap seorang kandidat.
Misalnya, video kampanye yang menarik dapat meningkatkan popularitas seorang kandidat, sementara menyebarkan informasi negatif dengan cepat dapat merusak reputasinya.
Studi ini menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya sebagai alat penyebaran informasi, namun juga berfungsi sebagai indikator opini publik yang mempengaruhi keputusan pemilih.
Oleh karena itu, kandidat dan tim kampanye perlu memahami dinamika media sosial dan menggunakan platform tersebut secara strategis untuk membangun profil yang diinginkan.