Mahasiswa Universitas Andalas Beber Fakta Mengejutkan Media Sosial Pengaruhi Persepsi Publik di Pilkada 2024

Minggu 20 Oct 2024 - 11:45 WIB
Reporter : M Iqbal
Editor : M Iqbal

Informasi yang salah dapat menimbulkan kebingungan, terutama mengenai fakta-fakta penting seperti lokasi pemungutan suara, prosedur, dan identitas calon. 

Hal ini dapat menyulitkan pemilih untuk mengambil keputusan yang tepat. 

Hoaks dapat merusak citra lembaga penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu, menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap integritas lembaga tersebut, dan menyebabkan rendahnya partisipasi pemilih jika informasi yang diterima tidak akurat. 

Selain itu, hoaks memperburuk polarisasi sosial, memecah belah pemilih berdasarkan informasi yang menyesatkan, dan menciptakan ketegangan sosial. 

BACA JUGA:JASMERAH! Mahasiswa Universitas Andalas Beber Motif Inggris Dirikan Benteng Marlborough di Bengkulu

BACA JUGA:Mahasiswa Universitas Andalas Bongkar Rahasia Keberadaan EIC di Bengkulu dan Posisi Inggris di Nusantara

Isu sensitif yang diangkat dalam prank dapat memicu konflik antar kelompok, memperburuk hubungan sosial, dan meningkatkan potensi kekerasan.

Keputusan pemilih yang dipengaruhi oleh hoaks mungkin tidak didasarkan pada informasi yang akurat, sehingga dapat mempengaruhi hasil pemilu dan legitimasi pemerintahan terpilih. 

Sekitar 501 pertanyaan hoaks ditemukan selama pemilu 2019, dengan puncaknya mendekati pemilu bulan April, menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi. 

Tren ini menunjukkan bahwa pemilu tahun 2024 diperkirakan akan mengalami lonjakan serupa, dengan hoaks diperkirakan mencapai puncaknya antara akhir November 2023 dan Februari 2024. 

BACA JUGA:Tamparan Keras untuk Wartawan Amplop, Mahasiswa Universitas Andalas Tuding Uang Dapat Mengaburkan Fakta

BACA JUGA:Mencengangkan! Mahasiswa Universitas Andalas Berhasil Bongkar Kenapa Taylor Swift Dijuluki Swiftnomics

Oleh karena itu, kolaborasi antara Bawaslu, Kementerian Komunikasi dan Informatika, platform media sosial, dan masyarakat menjadi penting untuk mengatasi penyebaran hoaks. 

Melaporkan misinformasi melalui aplikasi Sigap Lapor merupakan langkah penting dalam mempertahankan pemilu yang demokratis dan memerlukan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat untuk memeriksa fakta dan menyaring informasi sebelum menyebarkannya.

Media sosial terbukti memberikan dampak positif yang signifikan terhadap tingkat pemilih, khususnya di kalangan pemilih muda dan pemilih pemula. 

Sebuah penelitian di Tanjung Jabang Timur, Indonesia, menemukan bahwa partisipasi politik di kalangan pemilih muda meningkat sebesar 31% karena penggunaan media sosial. 

Kategori :