BACA JUGA:Jaga Integritas Jurnalisme, Mahasiswi Universitas Andalas Sebut Pentingnya Hak Tolak Wartawan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menggunakan platform seperti Instagram untuk menyebarkan informasi tentang kandidat, proses pemilu, dan pentingnya hak pilih, sehingga membantu meningkatkan kesadaran dan partisipasi di kalangan pemilih muda.
Karena melihat teman berdiskusi tentang politik atau berbagi informasi pemilu dapat menginspirasi orang lain untuk ikut terlibat.
Selain itu, kampanye iklan bertarget di media sosial digunakan untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihan.
Hal ini terjadi meskipun ada kekhawatiran mengenai keadilan proses demokrasi.
BACA JUGA:Hak Tolak Wartawan! Mahasiswa Universitas Andalas: Kuasa Absolut Sembunyikan Identitas Narasumber
BACA JUGA:PENTING! Mahasiswa Universitas Andalas Bagi 4 Tips Dasar Kesiapsiagaan Sebelum Terjadi Bencana Alam
Secara keseluruhan, data menunjukkan media sosial berperan penting dalam meningkatkan jumlah pemilih, khususnya generasi muda yang sebelumnya merasa terputus dari proses politik.
Dengan menjangkau pemilih di mana pun melalui media sosial, kampanye dapat memobilisasi kelompok pemilih ini secara lebih efektif.
Dalam menghadapi tantangan penggunaan media sosial selama pemilihan umum, Indonesia tidak sendirian.
Banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS) dan India, juga mengalami situasi yang serupa.
BACA JUGA:Mahasiswa Universitas Andalas Kaji Peran Penting Pendidikan dalam Membentuk Identitas Sosial
Sebagai contoh, pada pemilihan Presiden AS tahun 2020, media sosial digunakan secara luas untuk mempengaruhi keputusan pemilih.
Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan kampanye dan mempengaruhi opini publik, baik melalui informasi yang akurat maupun berita yang tidak benar.