PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Tokoh masyarakat Musi Banyuasin (Muba), yang juga Manager di BUMD Petro Muba, H Toha temui Kapolda Sumsel, Irjen Pol A Rachmad Wibowo SIK.
Bahkan kedatangan tokoh masyarakat Muba ini disambut langsung Kapolda Sumsel di Mapolda Sumsel yang beralamat di Jalan Sudirman, Kecamatan Kemuning Palembang, Rabu (29/11/2023).
Kedatangan tokoh masyarakat Muba ini guna mencari solusi permasalahan minyak rakyat yang selama ini dikelola secara ilegal.
Kapolda Sumsel menerima H Toha dengan didampingi Karo Ops, Dirintelkam, Kabid Humas dan Plt Dirreskrimsus Polda Sumsel.
BACA JUGA:BPJS Ketenagakerjaan Muara Enim Serahkan Santunan JKM Rp42 Juta ke Peserta Aparatur Desa OKU Selatan
Kepada Kapolda Sumsel, H Toha menyatakan mendukung penertiban lokasi penyulingan minyak rakyat yang lebih dikenal dengan nama tempat masak atau refinery illegal.
Hal tersebut disampaikan H Toha kepada media, berdasarkan kesadaran bahwa minyak tersebut milik negara yang harus dikelola dengan baik untuk sebesar-besarnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kondisi saat ini kita melihat yang tidak tertib justru menimbulkan kerugian negara, karena tidak memberikan kontribusi bagi negara, baik berupa pajak, PNBP maupun iuran lainnya," ujarnya.
Selain itu keberadaan refinery illegal juga berpotensi terjadinya kecelakaan yang bisa menimbulkan korban jiwa dan pencemaran lingkungan.
Investor refinery illegal tersebut, menurut H Toha kebanyakan adalah pendatang, bukan penduduk asli Sumatera Selatan.
"Di wilayah tempat tinggal saya sendiri, di Desa Sungai Angit dijamin tidak ada lokasi refinery illegal, walaupun berulang kali saya mendapat intimidasi dari orang-orang yang menolak kebijakan tersebut," katanya.
Toha menyampaikan bahwa hasil produksi minyak rakyat di Kabupaten Muba dalam satu hari bisa mencapai 10.000 barrel, atau sekitar 1.590.000 liter, dan yang masuk ke BUMD Petro Muba hanya 1.500 barrel, atau sekitar 238.500 liter.
Jumlah meningkat lebih banyak dibanding sebelum Polda Sumsel melakukan penertiban terhadap refinery illegal, yang hanya sekitar 400 barrel per hari.