“Apa ada penelitian yang bisa membuktikan kalau sperma dapat menghilangkan jerawat dan memperhalus kulit wajah? Apa ada data dan fakta yang dapat kita uji kebenarannya?”
BACA JUGA:Keterampilan Abad 21: Mempersiapkan Generasi Masa Depan Dalam Era Digital Pada Peserta Didik
Terakhir, kita akan mengevaluasi argumen yang diajukan.
“Apa argumen itu logis dan tidak ada kesalahan penalaran? Apa argumen tersebut hanya omong kosong belaka tanpa bisa dibuktian? Apa ada bias dan kesalahan dalam penyusunan argumen?”
Jika kita menemukan bahwa sumber informasi tidaklah kredibel, tidak ada bukti ilmiah yang kuat, lalu argumen terdengar tidak masuk akal, maka kita bisa mempertanyakan kredibilitas pernyataan tersebut.
Karena pada faktanya, belum ada satu pun studi penelitian yang dengan pasti dapat mendukung pernyataan bahwa sperma dapat menghilangkan jerawat dan memperhalus kulit wajah.
BACA JUGA:Sekolah Kebangsaan FISIP Unsri dan Mafindo, Siap Tangkal Hoaks di Era Digital
BACA JUGA:Sukses di Era Digital! Museum Negeri Sumatera Selatan Bikin Aksi Perubahan Besar-Besaran
Sayangnya, rumor ini tetap saja beredar luas hingga dipercaya oleh banyak orang awam.
Tidak sedikit yang terjebak dengan berita hoax serupa bahkan tanpa pikir panjang menyebarkannya kepada khalayak ramai.
Mereka tidak berpegang pada pentingnya prinsip berpikir kritis dan ilmiah.
Pada akhirnya, mereka akan mudah terpengaruh oleh informasi palsu yang tidak hanya dapat membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekitarnya.
BACA JUGA:Gak Bakal Menyesal, 8 Jurusan Kuliah yang Tetap Relevan di Era Digital
BACA JUGA:5 Skill Terbaik di Era Digital, Cuan Melimpah dari Mbah Google
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menanamkan dan mengembangkan prinsip berpikir ilmiah di dalam diri.