PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Proses belajar mengajar di SMAN 20 Palembang ternyata masih menemui kendala serius, yakni kekurangan ruang belajar. Kondisi ini membuat sebagian siswa terpaksa masuk sekolah siang hari.
Hal ini dikeluhkan Khaisyah, salah satu siswi SMAN 20 Palembang, saat berdialog dengan anggota Dapil I DPRD Sumsel yang berkunjung, Selasa (3/12).
Kunjungan tersebut dalam rangka reses tahap I tahun 2024 yang diikuti anggota Dapil I yakni Aryuda Perdana Kusuma, S.Sos; Abdullah Taufik, SE., MM; Firmansyah Hakim; Ir. Romiana Hidayati; Muhammad Toha, S.Ag; dan H. Chairul S, Matdiah, SH., MH.Kes bertindak selaku koordinator.
Kepada anggota Dapil I, Khaisyah menuturkan, siswa di SMAN 20 Palembang dibagi menjadi dua shift, pagi dan siang. Situasi ini sangat tak mendukung untuk belajar secara efektif, terutama bagi siswa yang kebagian masuk siang.
BACA JUGA:Reses Tahap I tahun 2024 Dapil IX DPRD Sumsel, SMA/SMK di Muba Butuh Peningkatan Fasilitas
BACA JUGA:Reses Tahap I Tahun 2024 Dapil VI DPRD Sumsel, Lury Elza Alex Blusukan dan Serap Aspirasi Warga
Khaisyah yang kebagian masuk siang mengaku dirinya sangat berharap bisa masuk pagi. Untuk itu dia minta Dapil I membantu penambahan ruang belajar di sekolahnya.
“Lahannya sudah ada Pak, milik SMAN 20. Kami ingin juga Pak sekolah seperti di sekolah- sekolah lain yang bisa full day, tidak seperti sekarang ini harus bersekolah secara bergantian," ujar Khaisyah.
Aditya, siswa kelas 11, turut menyampaikan aspirasi tentang persoalan yang dihadapi siswa SMAN 20 Palembang.
Dia menjelaskan, sebagian teman-temannya berangkat ke sekolah menggunakan perahu. Terkait kondisi ini ia minta Dapil I membantu dalam hal sarana keselamatan bagi siswa saat pergi dan pulang dari sekolah.
BACA JUGA:Kades Meranjat II Ngantor di Rumah, Anggota DPRD Sumsel Dapil III Janjikan Solusi
BACA JUGA:Reses Tahap 1, Anggota DPRD Sumsel Made Indrawan Siap Perjuangkan Aspirasi Petani di 2 Kecamatan OKI
Sementara Dewi, salah seorang guru, minta bantuan pelatihan seperti bengkel, tata rias, dan tata boga untuk bekal murid setelah tamat.
“Karena kebanyakan murid di sini dari kalangan menengah ke bawah, jadi setelah tamat nanti, mereka memiliki kemampuan untuk bekerja,” kata Dewi.
Selain itu, untuk guru honor non sertifikasi minta ada bantuan kesejahteraan karena honor mereka masih di bawah UMR.