BACA JUGA:6 Warna Cat Rumah yang Bakal Tren di Tahun 2025, Bikin Rumahmu Makin Cantik dan Nyaman
Menurut Freud, katarsis adalah metode penyaluran emosi berlebihan secara konstruktif dan bersifat terapeutik.
Sejalan dengan Aristoteles yang juga berpendapat bahwa seni seharusnya mampu memberikan efek katarsis atau efek yang mampu mengubah seseorang bahkan masyarakat menjadi lebih baik.
Tercerahkan baik secara moral, maupun secara spiritual.
Terdapat 5 lukisan Yos Suprapto dengan judul Konoha 1, Konoha 2, Niscaya, Makan Malam dan 2019 yang dilarang dalam pameran yang rencananya digelar pada tanggal 20 Desember 2024 sampai 19 Januari 2025.
BACA JUGA:Ternyata Ini Sinergi TNI-Polri Dalam Hal Pengamanan
Perselisihan pendapat antara seniman dan kurator perihal makna lukisan ini yang membuat batalnya pameran.
Pihak Galeri Nasional menyatakan bahwa ini bukan pembatalan namun penundaan, namun pihak Yos Sudarso mengaku sudah kapok dan tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan.
Sudut pandang kurator mengatakan bahwa 5 lukisan tersebut tidak sesuai dengan tema “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan”. Lukisan dinilai terdengar seperti makian, umpatan dan bernuansa vulgar.
Sementara seniman Yos Suprapto memiliki argumen bahwa gagasan yang diusung adalah realitas para petani yang mengurus produksi pangan terhadap hegemoni kekuasaan serta budaya menjilat atasan yang dirasa Yos terjadi di situasi perpanganan.
Yos memvisualisasikan hal-hal tersebut dalam berbagai simbol dan warna yang menurut kurator tidak relevan dengan tema. Bagi Yos Suprapto, katarsis alam idenya sudah dilakukan dan sudah final. Beliau tidak menginginkan lagi hasil katarsis ini diintervensi pihak manapun.
Sebagai seniman beliau merasa sudah melakukan porsinya dengan baik dan tuntas.
Namun, penolakan kurator membuat pandangan masyarakat umum terpecah dan merasa kurator ada dalam kontrol pihak-pihak yang khawatir dampak visualisasi tersebut.