Multitafsir inikah yang dikhawatirkan oleh kurator terhadap 5 karya seni tersebut?
BACA JUGA:Cari The Next Ahsan dan Debby Susanto, PBSI Palembang Gelar Kejuaraan Bergengsi, Catat Tanggalnya
Jika ya, maka multitafsir ini sudah terjadi di masyarakat sejak hadirnya 5 lukisan kontroversial tersebut di galeri ponsel nasional mereka.
Pengalaman Estetis
Saya jadi teringat masa-masa saat saya dan teman-teman saat menjadi mahasiswa fakultas seni rupa dan desain tempohari.
Kami sering diminta untuk mengunjungi pelbagai pameran seni rupa, entah seni fotografi, videografi, lukis, patung, teater atau seni lainnya.
BACA JUGA:Ide Menu Bakaran Menyambut Tahun Baru, Yuk Bikin Ikan Bakar Bumbu Ketumbar
BACA JUGA:5 Rekomendasi HP Infinix Terbaik di 2024 dengan Harga Terjangkau!
Dosen meminta kami belajar untuk memiliki pengalaman estetis terhadap karya terkait mata kuliah yang kami pelajari saat itu yakni Estetika.
Terkadang, kami berkali-kali melihat karya seni yang sama dan memiliki pendapat yang berbeda antara sesama penikmat seni.
Kadang pula, yang kami tafsirkan berbeda dengan yang dimaksud oleh perupanya sendiri.
Siapa yang salah? Tidak ada yang salah disini. Melihat dan menikmati karya seni memang tidak menuntut kita paham secara harfiah.
BACA JUGA:7 Smartwatch Keren Harga Murah di Bawah Rp1 Juta, Teman Setia Buat Hidup Sehat dan Produktif!
BACA JUGA:5 Manfaat Membuat Resolusi Tahun Baru, Langkah Kecil Menuju Hidup Lebih Bermakna!
Mengunjungi galeri bagi kami adalah untuk mencari pengalaman estetis. Belajar memaknai keindahan dan kehalusan dalam visualisasi karya-karya perupa. Proses pemaknaan juga tidak berlangsung secara instan.
Bahkan pada kunjungan ketiga atau keempat saja belum tentu esensi yang dirasakan itu sama.