Apalagi lakon yang dibawakan para pemain mampu mengundang gelak tawa penonton yang tak mau bergeming dari tempat duduk hingga akhir pertunjukan.
BACA JUGA:Pj Wako Pagaralam Mulai Syuting Pembuatan Film Dul Muluk dan Dul Malik
BACA JUGA:Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Beberapa Daerah di Indonesia
Para pemain malam itu, masing-masing Maliki, Dedi, Saleh, Jonhar, Lilis, Bob Ibrahim, Sani, dan Randi sukses bermain memukau seakan menghipnotis para penonton.
Andi Pedo, seorang aktivis budaya yang tinggal di Lorong Taman Bacaan mengemukakan, kegiatan malam ini merupakan rangkaian dari tahapan menjadikan Lorong Taman Bacaan sebagai Kampung Dulmuluk.
“Kemarin kita sudah diskusi, aksi selanjutnya pak Jonhar sudah berjanji akan memberikan pelatihan Dulmuluk, untuk sementara kita akan ajarkan anak-anak rumah Tahfiz dulu,” cetus Andi.
Dia menambahkan, latihan Dulmuluk untuk anak-anak ini akan dilakukan secara terjadwal.
BACA JUGA:Apa Itu Tauhid? Yuk Kenali 2 Rukunnya, Ini Kata Ustaz Abdullah Roy
Menurut Andi, di Lorong Taman Bacaan ini memang ada jejak Kampung Dulmuluk dan para pelaku Dulmuluk mengaku tempat ini dulu banyak kegiatan Dulmuluk.
Dia merinci, awalnya kitab syair yang berjudul ‘Kejayaan Kerajaan Raja Ali Haji’ dan kemudian berubah menjadi ‘Abdul Muluk’ dicetak pertama kali di Singapura pada tahun 1845.
Lalu, pada 1854 dibawa oleh Wan Bakar ke Palembang dan dibacakan olehnya pada kesempatan beberapa acara di bilangan kampung Tanggotakat.
Lama kelamaan, pembacaan Dulmuluk berubah menjadi bentuk teater pada tahun 1910-an dan berkembang terus hingga sekarang.
BACA JUGA:Wajib Tahu! Ini Pentingnya Mempelajari Tauhid dan Jauhi Kesyirikan Kata Ustaz Abdullah Roy
BACA JUGA:Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Beberapa Daerah di Indonesia
Andi juga meyakini Wan Bakar tinggal di sekitar Lorong Taman Bacaan, Tanggotakat.