“Sepengetahuan saya, di sekitar Lorong Taman Bacaan ini banyak sekali pelaku Dulmuluk di antaranya almarhum Umar, Wak Pet,” tuturnya.
Terlebih Andi mengaku keluarga besarnya adalah pecinta teater Dulmuluk.
“Pada setiap hajatan, kami selalu menanggap (mengundang, Red) pementasan Dulmuluk karena jika tidak, pasti masyarakat bertanya, mengapa tidak menanggap Dulmuluk,” tukas Pedo.
BACA JUGA:Tradisi Sedekah Serabi Asal Empat Lawang, Kuliner Dan Adat yang Masih Dilestarikan
Senada budayawan Palembang Vebri Al Lintani mendukung usulan Pedo tersebut.
Pasalnya menurut dia, Lorong Taman Bacaan yang dulu adalah Kampung Dulmuluk juga mendapatkan dukungan dari pelaku Dulmuluk sendiri.
Selain itu imbuh Vebri, niatan tersebut didukung oleh sejarah tentang naskah Dulmuluk yang dibawa ke sini oleh Wan Bakar.
“Kita sudah mulai kemarin diskusi, ini tahapan kedua berupa pementasan Dulmuluk dan tahapan ketiga nanti ada pelatihan-pelatihan Dulmuluk,” ulasnya.
BACA JUGA:Sultan Palembang Akui Pentingnya Menjaga Arsip demi Mengetahui Sejarah Masa Lampau
Sementara itu, pemain Dulmuluk senior, Johar Saad lebih dikenal dengan nama Jonhar mendukung upaya pelestarian Dulmuluk.
Termasuk menghidupkan kembali Kampung Dulmuluk di Lorong Taman Bacaan, Tanggotakat.
Dia membenarkan bahwa dalam sejarahnya seni pertunjukan Dulmuluk berasal dari 16 Ulu Tanggotakat.
Terlebih sambung Jonhar, dulu Lorong Taman Bacaan, Tanggotakat ini merupakan asal-muasal Dulmuluk.
BACA JUGA:7 Dorongan Sahabat Cagar Budaya kepada Stakeholders di Sumsel, Status Ampera Belum Cagar Budaya Loh!