Khusus bawang putih, Tomsi meminta stakeholder terkait untuk mencermati faktor apa saja menyebabkan kenaikan harga.
BACA JUGA:El Nino Penyebab Utama Kenaikan Harga, Pj Wako Cek Ketersediaan Bahan Pokok Masyarakat
Terutama menyangkut proses importasi dan pendistribusian.
"Bawang putih kita juga kenaikan dari kurang lebih 6 bulan terakhir itu rp10 ribu, Perlu juga dikaji berkaitan dengan impornya, apakah harga impornya memang naik, atau distribusinya yang kurang baik, atau ada yang mempermainkan harganya," ujarnya.
Oleh karena itu, Tomsi meminta stakeholder terkait seperti Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) agar dapat melakukan pendataan dan perumusan kebijakan sebagai langkah antisipasi dalam upaya pengendalian harga komoditas tersebut.
Ia menekankan kalaupun memang terjadi kekurangan dan prediksi pihaknya salah, pihaknya sudah mengantisipasi beberapa waktu sebelumnya, pada 2 bulan sebelumnya.
BACA JUGA:4 Komoditas Pangan Ini Cocok Ditanam Di Muratara, Nomor 3 Tanamannya Tidak Rewel
BACA JUGA:Sidak Pasar dan Pasar Murah, Tekan Laju Inflasi dan Kenaikan Harga di Tahun Baru
"Kalau stok mulai menipis, sehingga harga belum sempat naik, sudah ada keputusan yang kita ambil untuk mengantisipasi itu ke depan. Bukan kita diam dan begitu naik baru menjadi pemadam kebakaran," imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik (BPS) Windhiarso Putranto mengungkapkan, bila dibandingkan dengan Desember 2023, rata-rata harga bawang putih hingga minggu kedua Januari 2024 naik sebesar 4,86 persen.
Kenaikan itu pada kisaran rata-rata harga nasional rp39.678 per kilogram.
Adapun kenaikan tertinggi terjadi di Pulau Sulawesi, yakni melonjak 6,04 persen dibandingkan rata-rata harga Desember 2023, dengan rata-rata harga senilai Rp41.556 per kilogram.*