Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kesempatan itu menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan jajaran pengawas dapat meninggal atau sakit.
Walau presentase angka kematian jauh turun dibanding Pemilu 2019, Budi menyatakan Kemenkes menyayangkan satu nyawa masihlah sangat banyak untuk angka kematian.
"Kemenkes melihat satu nyawa meninggal itu sudah banyak karena masyarakat pasti berduka. Kami sampaikan hasil skrining petugas yang beresiko tinggi itu paling banyak karena hipertensi, lalu jantung," ucap Budi.
Menyikapi masalah ini, mewakili pemerintah, Budi meminta agar ke depannya Bawaslu dan KPU dapat mengutamakan skrining sebelum pendaftaran.
BACA JUGA:Antisipasi Kerawanan Pungut Hitung, Bawaslu Petakan 22 Indikator TPS Rawan
Dengan demikian, cara ini dapat menekan angka kematian karena hanya orang-orang sehat yang bekerja menjadi petugas di TPS.
"Kalau mau daftar jadi petugas ya jangan sakit. Makanya harus lebih ketat lagi (seleksinya). Mereka ini jam kerjanya 10-12 jam loh, berat dan khusus, kami mengusulkan agar itu menjadi syarat menjadi petugas ke depannya," pinta dia.
Untuk mengingatkan, pada Pemilu 2019 terdapat 2.558 orang yang mendapatkan penanganan kesehatan.
Rincian kejadian tersebut adalah 92 orang meninggal dunia, 24 orang luka berat dan keguguran.
BACA JUGA:Kenali Caleg Stres Pasca Pemilu 2024, Berikut Cara Mengatasinya
Lalu ada 21 orang mengalami kekerasan dan penganiayaan, 275 orang kecelakaan, 438 orang rawat inap dan 1708 orang rawat jalan. *