Hukum dan Demokrasi, Sejalan atau Tidak?

Hukum dan Demokrasi, Sejalan atau Tidak? Ditulis oleh Fazila Adifia Sahal, mahasiswa Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.--freepik

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa kualitas hukum juga menentukan kualitas demokrasi, demokrasi membutuhkan hukum sebagai alat kesejahteraan rakyat dan hukum juga membutuhkan demokrasi agar hukum diterapkan dan ditegakkan dengan adil. 

Sebagai negara yang berideologi demokrasi, Indonesia sudah seharusnya menjunjung tinggi suara rakyat, salah satu penerapannya adalah dengan diadakannya pemilihan umum (pemilu) yang berorientasikan kepada suara rakyat. 

BACA JUGA:MK Putuskan Batas Usia Minimal Capres dan Cawapres pada Pemilu 2024

BACA JUGA:Buka Pesantren Ramadan SMAN 5 Palembang, Ini Pesan Pj Gubernur Sumsel untuk Pelajar

Bersamaan dengan itu, adapun hukum yang mengatur terkait hak bersuara bagi rakyat dan juga hak rakyat dalam melakukan pemilu. 

Dapat dilihat bahwa Indonesia sebagai negara demokrasi telah menerapkan hukum yang berprinsip demokratis, namun penerapan dari hukum tersebut masih terbilang buruk. 

Hal tersebut dapat terjadi karena pemegang kekuasaannya termakan oleh kekuasaan itu sendiri.

Seperti halnya yang dikatakan oleh Lord Acton bahwa sejatinya kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut sudah dipastikan korup. 

BACA JUGA:Wow! Peserta yang Lolos Seleksi Tahap II Samsung Innovation Campus 2024 Didominasi Siswa Madrasah

BACA JUGA:Benny, Planters Muda Asal OKI Hadiri ASEAN Youth Economic Forum 2024 di Laos, Ternyata ini Harapannya!

Hukum yang tidak dijalankan bagaimana semestinya, pasti akan mengundang berbagai kekacauan dan itulah yang kerap kali terjadi di Indonesia. 

Salah satu contohnya adalah adanya gerakan mahasiswa tahun 1998, yang dimana gerakan tersebut didasarkan atas kekuasaan presiden pada saat itu dijalankan dengan cara yang otoriter. 

Maka dari itu, mahasiswa yang saat itu berperan sebagai mulut rakyat bersuara untuk meminta agar Soeharto sebagai presiden yang berkuasa saat itu turun dari jabatannya. 

Selain karena alasan keotoriteran, mahasiswa dan rakyat menilai bahwa pemerintahan Soeharto saat itu dinilai tidak mampu dalam menghadapi krisis moneter.

BACA JUGA:Terima Penghargaan dari HMI Sumbagsel, Pj Gubernur Sumsel Jadikan ini Sebagai Motivasi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan