Tradisi Hajatan di Masyarakat Besemah, Datang Bawa Ayam Pramuka Pulang Bawa Ibatan
Pada masa sekarang ibatan tidak lagi berupa kue-kue tradisional seperti dodol, bolu atau lemang tetapi sudah berubah ke biskuit atau mi instan dan gandum.-eko palpres-
BACA JUGA:Ikan Masak Ghuas, Masakan Legendaris Besemah yang Membangkitkan Kenangan Masa Lalu
Tradisi tersebut telah mendarah daging, meskipun dari segi ekonomi bagi masyarakat menengah ke bawah akan merasa diberatkan.
"Dana yang dikeluarkan untuk acara pernikahan sangat besar," ungkapnya.
Sebab, di samping untuk menyuguhkan makanan dan minuman baik bagi tamu yang hadir, baik saat “aghi bemasak” atau “aghi jadi” juga harus menyiapkan cinderamata yang berupa ibatan tadi.
Meskipun sudah ada perhitungan awal jumlah undangan, tetapi yang lebih sering terjadi jumlah ibatan yang dipersiapkan harus lebih banyak dua sampai tiga kali lipat.
BACA JUGA:Gulai Liling, Makanan Bergizi Tinggi Kegemaran Masyarakat Besemah
Persiapan pernikahan itu sendiri tidak saja pada “aghi bemasak” dan “aghi jadi”, tetapi seminggu sebelumnya para tetangga dan handai taulan sudah ramai membantu.
Dari mendirikan tenda, mengatur dekorasi, mengangkat kursi dan meja dari gudang penyimpanan bersama milik warga dan persiapan lain.
Selama seminggu penuh itu tuan rumah tentu saja harus siap sedia dan memberikan makanan dan minuman untuk para tamu sejak pagi hingga malam hari.
Maka bisa dibayangkan besarnya biaya jika ingin melaksanakan pernikahan itu. Persiapan tuan rumah mungkin saja sudah dua atau tiga tahun dengan perencaan yang harus matang.
BACA JUGA:Akibat Anak Muda Kini Mengganti Istilah, Banyak Kosa Kata Bahasa Besemah Hilang
Demikian tradisi ibatan saat melaksanakan hajatan di kalangan masyarakat suku Besemah di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Setiap daerah tentu punya tradisi berbeda. Bagaimana dengan daerahmu?*