Suku-suku di Provinsi Banten: Selain Banten, Sunda, Betawi dan Badui, Ada Juga Jaseng dan Lampung Cikoneng
Tradisi Seba Baduy yang setiap tahun dilakukan masyarakat Baduy untuk mengunjungi pemerintahnya.-bantennews-
PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Provinsi Banten terletak pada bagian paling barat pulau Jawa. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Serang.
Sebelumnya, provinsi ini adalah bagian dari wilayah Jawa Barat yang kemudian resmi berdiri sendiri pada tanggal 4 Oktober 2000.
Berbagai Suku yang Mendiami Wilayah Banten
Suku-suku yang mendiami Provinsi Banten sangat beraneka ragam dalam tradisi dan kebudayaannya. Suku-suku yang mendiami wilayah Banten antara lain adalah:
1. Suku Sunda
Suku Sunda merupakan salah satu suku asli yang utama di Banten. Hal ini disebabkan Suku Sunda merupakan suku asli yang berdomisili di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat.
Suku Sunda memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk dalam seni tradisional seperti tarian dan musik Sunda.
Mereka juga terkenal karena punya beragam makanan tradisional maupun kontemporer yang khas dan enak. Itu sangat memperkaya ragam makanan di Banten.
2. Suku Banten
Nama provinsi Banten diambil dari Suku Banten yang merupakan suku asli yang mendiami wilayah ini.
Sebetulnya mereka berakar dari Suku Sunda, namun mereka memiliki keberagaman budaya yang khas dan tercermin dalam upacara adat serta tradisi yang sangat khas dan erat dipegang teguh.
Pengaruh Kesultanan Banten yang pernah mewarnai masyarakat Sunda yang mendiami wilayah Banten menjadi latar belakang pengaruh besar bagi masyarakat.
Hampir dipastikan mereka yang mengaku sebagai etnis Banten adalah pemeluk agama Islam yang tidak bisa lepas dari budaya keislaman yang sangat kental.
Tentunya hal itu erat kaitannya dengan sejarah Banten sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar di pulau Jawa.
Di samping itu kesenian-kesenian yang ada di wilayah Banten juga menggambarkan aktivitas keislaman masyarakatnya, seperti kesenian Rampak Bedug dari Pandeglang.
Kendati demikian, provinsi Banten menjadi tempat masyarakat multietnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama.
Banyak juga pemeluk agama lain dari suku-suku lainnya dapat hidup berdampingan secara damai di wilayah ini.
Misalnya masyarakat Tionghoa Benteng di Tangerang, dan masyarakat adat Badui (Sunda Wiwitan) di wilayah Kanekes, Leuwidamar, Lebak.
3. Suku Badui
Suku Badui dikenal sebagai suku yang memiliki kehidupan tradisional yang unik dan terpencil dan memisahkan diri dari masyarakat.
Masyarakat suku ini mempertahankan keterisolasian dari dunia luar.
Mereka mempertahankan pola hidup yang sederhana dan memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka.
Suku Badui diperkirakan berasal dari pelarian masyarakat Kerajaan Pajajaran pada abad ke-18 yang menyingkir ketika Islam menguasai Banten.
Mereka terdiri dari Suku Badui Dalam dan Baduy Luar merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi antimodernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya.
Suku Badui-Rawayan menempati kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Mereka umumnya bertempat tinggal di daerah aliran Sungai Ciujung didalam kawasan Pegunungan Kendeng yang dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang.
Namun, ada tradisi unik yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat ini yakni Seba Baduy. Ini adalah tradisi mengunjungi pemerintah secara beramai-ramai sebagai tanda mengakui keberadaan pemerintah sebagai pelindung masyarakat Badui.
4. Suku Lampung Cikoneng
Ada jua segelintir masyarakat Suku Lampung Cikoneng yang menjadi bagian dari mosaik keberagaman etnis di Banten.
Mereka adalah sub-suku Lampung yang tinggal di Desa Cikoneng yang terletak di wilayah pantai Barat Banten.
Nenek moyang suku ini diduga berasal dari wilayah Kalianda di Lampung.
Keberagaman suku yang mendiami wilayah Banten membuat provinsi ini menjadi tempat yang menarik untuk dijelajahi dan dipelajari dan Banten tetap menjadi destinasi yang menawarkan pesona alam dan kehidupan masyarakat yang kaya akan tradisi
BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Kalimantan Selatan: Rumah bagi Suku Banjar dan Dayak Meratus
5. Suku Betawi
Suku Betawi di Provinsi Banten jumlahnya cukup banyak, terutama mereka banyak mendiami daerah Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan da Kabupaten Tangerang.
Di daerah yang bersinggungan langsung dengan Kota Jakarta sebagai kota asal etnis Betawi, masyarakat Betawi masih memegang erat budaya dan bahasa mereka.
Bahasa Betawi dialek pinggiran menjadi bahasa yang dominan dalam percakapan sehari-hari.
BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Kalimantan Tengah: Mayoritas dari Suku Dayak dengan Puluhan Subetnisnya
Suku bangsa lainnya
Jika mengacu Sensus Penduduk Indonesia 2010 penduduk Banten berjumlah 10.601.515 jiwa.
Keragaman etnis di provinsi Banten sangat terlihat, dengan suku asli setempat yakni suku Banten, termasuk di dalamnya kelompok kecil Sunda Badui, berjumlah 4.321.991 jiwa atau sekitar 40,77% dari jumlah penduduk.
Diikuti suku bangsa terbesar lainnya dari pulau Jawa adalah orang Sunda Priangan sebanyak 2.402.236 jiwa (22,66%), kemudian lagi-lagi jumlah suku Jawa cukup banyak yakni sekitar 1.657.470 jiwa (15,64%).
Lalu ada suku Betawi sebanyak 1.365.614 atau 12,88% dari total jumlah penduduk.
Suku lainnya yang berasal dari luar suku asli pulau Jawa, yang terbesar adalah Tionghoa sebanyak 183.689 jiwa (1,73%), Batak sebanyak 139.259 jiwa (1,31%), dan Minangkabau sebanyak 95.845 jiwa (0,91%), serta Melayu sebanyak 87.443 jiwa (0,82%).
Ada juga Suku asal Lampung 69.885 jiwa (0,66%), asal Sumatera Selatan 66.803 jiwa (0,63%), Cirebon 41.645 jiwa (0,39%) yang cukup banyak jumlahnya. Serta ada pula suku lainnya sebanyak 1,60% penduduk.
Bahasa
Bahasa utama di Banten merupakan bahasa Sunda Banten yang merupakan bahasa asli penduduk di sana. Masyarakat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang bagian selatan, dan Kabupaten Tangerang bagian selatan berbicara menggunakan suatu dialek bahasa Sunda yang disebut sebagai bahasa Sunda Banten yang masih mempertahankan banyak kosakata dari bahasa Sunda Kuno. Tidak ada tingkatan bahasa seperti halnya dialek bahasa Sunda di bahasa Sunda ini.
Orang-orang di Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang bagian utara, dan Kabupaten Serang bagian utara memakai Bahasa Jawa Serang (atau masyarakat setempat menyingkatnya dengan sebutan Jaseng) yang digunakan oleh suku Jawa Serang.
Warga Kabupaten Tangerang, kota Tangerang serta kota Tangerang Selatan banyak menggunakan Bahasa Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Tionghoa, bahasa Betawi dan bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.