Museum Masuk Desa, Cara Cerdas Pemprov Sumsel Lestarikan Warisan Sejarah dan Budaya

Kepala Disbudpar Sumsel Aufa Syahrizal (barisan atas, enam dari kiri) dan Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel Chandra Amprayadi bersama para narasumber dan tamu undangan Museum Masuk Desa.--Alhadi/koranpalpres.com

Sebagai sebuah lembaga kebudayaan masih kata Aufa, museum tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. 

Ibarat keping mata uang, satu sisi merupakan ungkapan sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya. 

BACA JUGA:Karcis Masuk Resmi Naik, Pengunjung Museum Negeri Sumsel Tetap Membludak

BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Ajak 9 Narasumber Bukukan Ribuan Koleksi Hibah

Oleh karena itu, melalui kegiatan ini, Museum Negeri Sumsel tidak hanya berupaya untuk mempublikasikan benda-benda koleksi museum kepada masyarakat.

Akan tetapi yang terpenting adalah meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap warisan sejarah dan budaya, khususnya yang berasal dari “tanah” sendiri. 

“Semoga ke depan museum mampu menjadi mediator dalam upaya menciptakan masyarakat yang peduli untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan benda-benda bernilai sejarah serta budaya Sumsel, baik di masa kini maupun masa yang akan dating,” tukasnya.

Senada Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel Chandra Amprayadi menuturkan, kegiatan sosialisasi Museum Masuk Desa telah berlangsung sejak 2021.

BACA JUGA:Gandeng 7 Pakar, Museum Negeri Sumsel Sempurnakan Kajian Koleksi 2024 Ketiga Tentang Megalitik

BACA JUGA:Libatkan 7 Tokoh! Museum Negeri Sumsel Segera Tulis Buku Biografi Kiai H Delamat

“Pada tahun keempat ini, dilaksanakan di Desa Seri Tanjung, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir,” tutur Chandra.

Kabupaten Ogan Ilir imbuh Chandra, dengan keberlimpahan potensi objek pemajuan kebudayaannya, merupakan daerah yang spesial bagi Museum Negeri Sumatera Selatan. 

“Tercatat, kami sudah 3 kali melaksanakan kegiatan Sosialisasi di Kabupaten Ogan Ilir, yaitu di Kecamatan Sungai Pinang pada 2021, lalu Kecamatan Muara Kuang pada 2022, dan tahun ini di Kecamatan Tanjung Batu,” ulasnya.

Sejak 2019 timpal Chandra, secara konsisten pihaknya melaksanakan pengkajian koleksi dengan melibatkan para narasumber dari kalangan sejarawan, budayawan, akademisi, peneliti, petugas teknis permuseuman, dan sebagainya, serta telah menerbitkan 30 buku. 

BACA JUGA:Tak Tanggung-Tanggung! Museum Negeri Sumsel Langsung Gandeng 7 Narasumber, Buat Apa Ya?

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan