Perbedaan Bahasa dan Budaya Picu Bullying di Lingkungan Kampus, Kok Bisa? Ini Kata Mahasiswa Unand

Toleransi Perbedaan Bahasa dan Budaya Nasional: Analisis Bullying Akibat Perbedaan Bahasa dan Budaya di Lingkungan Kampus.--kolase koranpalpres.com

Bila ingin mencapai sebuah komunikasi yang baik kita mesti menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan juga harus menguasai beberapa sistematika berbahasa agar lawan bicara kita menjadi senang dan akan memberikan feedback yang baik kepada kita.

Selain untuk menghindari terjadinya bullying di lingkungan kampus tersebut. 

BACA JUGA:HEBAT! 2 Kampus Asal Sumatera Terbaik Versi QS WUR 2025, Berikut Daftarnya

BACA JUGA:PLN-Kementerian ESDM Gelar Pelatihan Konversi Motor Listrik ke SMK di Jakarta

Analisis Kasus: Bullying Akibat Perbedaan Bahasa dan Budaya

Di lingkungan kampus, tantangan utama bagi mahasiswa dari luar daerah adalah culture shock terkait perbedaan bahasa dan budaya, pada umumnya hal ini biasa terjadi bagi para mahasiswa baru yang berkuliah di luar kampung halaman atau mahasiswa perantauan.

Mahasiswa perantauan tersebut yang umumnya berasal dari desa yang biasa berkomunikasi menggunakan bahasa dari daerahnya itu.

Sehingga mereka jarang menggunakan bahasa formal Indonesia.

BACA JUGA:Mahasiswa Unand Ungkap Fakta Screen Time Konsumsi Media Sosial Secara Bijak bagi Generasi Digital Natives

BACA JUGA:Maraknya Perilaku Seksual Menyimpang di Kalangan Gen Z Karena Algoritma Media Sosial, Tanggung Jawab Siapa?

Salah satu contohnya yaitu adalah mahasiswa afirmasi yang berkuliah sangat jauh dari kampung halamannya, seperti mahasiwa afirmasi papua yang berkuliah dikampus sumatera Barat. 

Beberapa mahasiswa afirmasi tersebut biasanya terbiasa berbahasa daerah di kampungnya sehingga hal itu menjadi salah satu penghalang saat ingin melakukan interaksi dengan mahasiswa di kampus tersebut.

Biasanya sering terjadi misscommunication atau kesalahpahaman saat mereka berusaha berbicara dengan mahasiswa di sana yang di mana di lingkungan kampus tersebut mayoritasnya adalah anak yang berasal dari Sumatera Barat itu sendiri. 

Karena perbedaan budaya dan bahasa dari Papua yang sangat jauh dari lingkungan Sumatera Barat menjadi faktor mahasiswa afirmasi tersebut memiliki kendala saat ingin bersolialisasi.

BACA JUGA:5 Kampus Negeri Tertua di Pulau Sumatera, Ada yang Sejak 1952, Palembang Termasuk?

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan