Pembangunan Jembatan Musi V Gunakan Teknologi Tinggi, Diawasi Langsung Jepang, Inilah Ikon Baru Palembang
Ilustrasi, pembangunan Jembatan Musi V menggunakan teknologi tinggi, yang diawasi langsung oleh perusahaan Jepang.-Pexels.com/Tino Schmidt -
Metode kantilever dilakukan dari atas struktur bangunan, sehingga tidak memerlukan sokongan di bawahnya.
Hal ini yang membuat jembatan Musi V yang menggunakan metode balance cantilever tidak mengganggu aktivitas di Sungai Musi.
Aktivitas di perairan Sungai Musi bisa dibilang cukup padat, sehingga meskipun dibangun jembatan, tidak sampai mengganggu aktivitas kapal.
Metode balance cantilever memiliki kelebihan dan kelemahan.
Menurut dokumen berjudul Kelebihan dan Kelemahan Metoda Balance Cantilever yang diakses dari id.scribd.com.
Di antara kelebihannya adalah gelagar jembatan dapat dibangun tanpa menyentuh tanah.
Jembatan dengan metode ini memungkinkan dibangun di atas sungai yang berarus deras, atau dalam kasus Jembatan Musi V yang memiliki aktivitas perairan yang ramai di bawahnya.
Metode ini dikembangkan untuk meminimalkan acuan perancah (scaffolding) yang diperlukan untuk pelaksanaan pengecoran di situ.
Sedangkan kelemahan penggunaan metode ini, jembatan menjadi lebih berat jika dibandingkan menggunakan struktur komposit.
Sehingga, penggunaan metode ini hanya digunakan untuk daerah yang tidak rawan gempa dan menggunakan pondasi yang berkualitas tinggi.
Pengerjaan jembatan dengan metode ini tergolong lebih rumit.
Serta membutuhkan peralatan berteknologi tinggi.
Sehingga, proyek Jembatan Musi V mendapat pengawasan langsung dari Japan International Cooperation Agency (JICA) agar proyek ini sesuai standar internasional.
Keberhasilan pembangunan proyek ini akan meningkatkan konektivitas antar provinsi di Sumatera, khususnya di Sumatera Selatan dan Jambi.