Lestarikan Tanjak Palembang Sampai Kiamat, Museum Negeri Sumsel Undang Mahasiswa 4 Kampus
Plt Kepala Disbudpar Sumsel Pandji Tjahjanto dan Plh UPTD Kepala Museum Negeri Sumsel Amarullah serta forkopimda berfoto bersama tamu undangan, peserta dan narasumber Workshop Tanjak Palembang.--Alhadi/koranpalpres.com
BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Telusuri Jejak Marga, SMB IV Dorong Pembuatan Perda, ini Pendapat 4 Akademisi
Kemudian lipatan pada tanjak pun memiliki gaya dan arti, misalnya tingkatan kesultanan tertentu.
Museum Negeri Sumsel sendiri memiliki beberapa jenis koleksi tanjak, bahkan sudah dilakukan kajian-kajian dan dituangkan dalam sebuah buku.
"Kalau tanjak koleksi museum itu ada tanjak belah mumbang, tanjak kepodang dan tanjak meler,” rincinya.
Masing-masing tanjak di masa kesultanan biasanya berfungsi menunjukkan siapa yang memakainya dan kapan memakainya.
BACA JUGA:Beri Pemahaman Sejarah dan Budaya Ke Masyarakat, Museum Negeri Sumsel Gelar Seminar Hasil Kajian
BACA JUGA:6 Tahun Berturut-Turut Gelar Sang Juara, Museum Negeri Sumsel Semakin Dicintai Gen Z
“Sayangnya hampir sebagian masyarakat tidak menggunakan tanjak itu lagi," ungkap budayawan Ali Hanafiah.
Meskipun sudah jarang digunakan lagi, namun Mang Amin sapaan akrab Ali Hanafiah tetap optimis, penggunaan tanjak akan dibudayakan.
Hal ini juga didukung oleh semangat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel yang ingin terus melestarikan tradisi tanjak.
Sebagai budayawan, dia mengaku optimis ke depan penggunaan tanjak ini bisa menjadi tradisi di Sumsel, karena melihat perkembangan, pemakaian dan pembuatannya.
BACA JUGA:Bikin Turis Mancanegara Terpana, Ini Sejarah Kain Batik Milik Istri AK Gani di Museum Negeri Sumsel
BACA JUGA:Karcis Masuk Resmi Naik, Pengunjung Museum Negeri Sumsel Tetap Membludak
“Tujuannya untuk melestarikan tanjak, seperti di Museum Negeri Sumsel ini, semua pegawai laki-lakinya sudah menggunakan tanjak," pungkas Mang Amin.