Kata Nenek Dulu, Bulan yang Ujungnya 'ber' Menandakan Musim Hujan? Apa Iya, Cek Faktanya
Foto saat anak perempuan sedang menadah air hujan yang turun-freepik-Kireyonok_Yuliya
PAGARALAM – Musim hujan tampaknya sebentar lagi akan benar-benar mulai, sudah tiga hari terakhir hujan yang cukup lebat dan lama mulai mengguyur Kota Pagaralam dan sekitarnya.
Masuknya musim hujan ini mengingatkanmu dengan masa ketika nenek masih ada bukan?
Waktu kamu masih kecil pernahkah kamu mendengar ucapan nenek sekarang sudah masuk bulan “ber-ber”.
BACA JUGA:7 Kota di Dunia yang Paling Terkenal dengan Gaya Hidup Bebas, Nomor 7 Dekat Indonesia
Maksudnya orang tua dulu mengingatkan kita jika sudah mulai September sampai Desember musim hujan biasanya sudah mulai.
Meskipun akhir-akhir ini perhitungan itu sudah sering kurang tepat, bulan berakhiran ber adalah waktu yang tepat menyiapkan ember.
Ember kan untuk menampung hujan, pas dengan prediksi musim hujan pada bulan-bulan “ber”.
Tahun ini prediksi orang tua terhadap ber tidak begitu persis.
BACA JUGA:Fakta Tentang Huruf T, dari Susah Diucapkan Orang Bali sampai Menjadi Nama Sebuah Virus
Soalnya saat September sebagai bulan “ber” yang pertama, hujan masih ogah turun.
BMKG memprediksi akhir Oktober ini baru hujan agak sering muncul.
Puncak musim hujan diperkirakan bahkan setelah bulan ber lewat. Yakni sekitar Januari atau Februari.
Tetapi pada bulan ‘ber’ November atau Desember masyarakat sudah siap dengan ember-ember penampung hujan.
BACA JUGA:Ini Kembuhung, Ce! Makanan Khas Suku Besemah. Berani Coba?
Tetapi benarkah dari zaman dahulu kebiasaanya seperti itu?
Ternyata persisnya tidak demikian, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyatakan bukan berarti bulan yang namanya ada 'ber-ber', seluruh wilayah Indonesia itu hujan.
Menurut laman BMKG, tiap wilayah di Indonesia punya musim kemarau dan musim hujan yang berbeda-beda.
Asal tahu saja, BMKG sendiri punya catatan 342 zona musim di Indonesia!
BACA JUGA:Berminat Jadi Pramugari? Kamu Wajib Ketahui 5 Sisi Gelap Dunia Pramugari, Gak Boleh Nyesal!
Oleh sebab itu, bahkan satu wilayah saja bisa beda musim hujannya.
Misalnya Jawa Timur, di sana itu masuk musim hujan antara awal hingga pertengahan November.
Sepuluh hari pertama di bulan November di wilayah Jawa Timur bagian selatan, sedangkan wilayah Jawa Timur bagian utara pada sekitar pertengahan November.
Di wilayah Maluku, justru musim hujan itu malah pada bulan Juni-Agustus.
BACA JUGA:Krisis Air Bersih, Warga Baturaja Terpaksa Beli Air Galon Untuk Mandi
Banyak faktor yang mempengaruhi musim hujan di Indonesia.
Beberapa di antaranya seperti masa udara, angin, dan lain sebagainya.
Seperti di musim kemarau ini, udara basah datang dari Samudera Hindia yang menyebabkan hujan itu bergerak ke timur.
Jadi yang kena bagian barat Indonesia dulu, makanya Aceh dan Sumatera Utara kini sudah mulai hujan tapi Sumsel atau Lampung belum terlalu lebat.
BACA JUGA:Cara Pemkab Ogan Ilir Bikin Nelayan Bergairah Di Musim Kemarau
BMKG sendiri memprediksi musim penghujan akan semakin intens November nanti.
Menurut masyarakat dulu, musim hujan dihitung dalam kalender masehi, dimulai dari bulan September, Oktober, November dan Desember. Namun bulan Januari dan Februari juga dihitung.
Bulan yang berakhiran ‘ber’, identik dengan musim hujan yang artinya dingin karena turunnya hujan pada bulan tersebut.
Sementara bulan yang biasanya berakhirnya atau berhenti dengan musim hujan terjadi menurut kalender masehi jatuh pada bulan Maret.
BACA JUGA: Selain Donor Darah, Ini Giat Sosial PMI Ogan Ilir Di Musim Kemarau
Kenapa demikian, karena tiga huruf terakhir pada bulan Maret, yakni 'ret', yang akhirnya berhenti dari musim hujan.
Tetapi seperti tadi sudah kita bahas di atas itu hitung-hitungan yang sekarang sepertinya tidak relevan lagi.
Siklus bertanam para petani termasuk di Kota Pagaralam banyak yang memakai siklus Oktober – April atau April – Oktober.
Sekarang karena adanya perubahan iklim atau musimdan pengaruh-pengaruh lain terhadap alam, siklus menjadi tergantung cuaca.
BACA JUGA:Prediksi BMKG Cuaca Di Pagaralam Menggembirakan, Ini Tanda Tanda Musim Kemarau Segera Berakhir
Ketika sudah ada tanda-tanda musim hujan (bulan apa pun) itu tanda bagi petani memulai masa tanam.
Jadi, kira-kira apa sih perubahan iklim itu?
Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca.
Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari.
BACA JUGA:Musim Kemarau Ekstrim Jadi Pemicu Harga Beras Naik, Pemda Muratara Lakukan Ini
Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bekerja seperti selimut yang melilit Bumi, menghasilkan panas matahari dan menaikkan suhu.
Contoh emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim termasuk karbon dioksida dan metana.
Ini berasal dari penggunaan bensin untuk mengendarai mobil atau batu bara untuk memanaskan gedung, misalnya.
BACA JUGA:Stop Karhutla, Ini Dilakukan Tim Patroli di OKI
Pembukaan lahan dan hutan juga dapat melepaskan karbon dioksida.
Tempat pembuangan sampah merupakan sumber utama emisi metana.
Energi, industri, transportasi, bangunan, pertanian dan tata guna lahan termasuk di antara penghasil emisi utama.
Tuh, ternyata manusia yang menyebabkan perubahan terhadap iklim yang paling parah.*