Tentang Ngabuburit dan Metangkaghi: Bisakah Istilah Metangkaghi Lebih Memasyarakat?

Metangkaghi atau ngabuburit dengan berburu takjil.-pijar-
PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Dalam percakapan keseharian bulan Ramadan ini, setidaknya, ada dua istilah dari dua bahasa untuk menunggu waktu sore menjelang berbuka puasa: "ngabuburit" dan "metangkah aghi" ("metangkaghi").
Lema atau kosakata pertama sudah ada dalam kamus terbaru: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V. Ngabuburit (v Sd) dalam kamus itu bermakna menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan.
Sedangkan kosakata yang kedua belum ada dalam KBBI V, tetapi sudah tercantum dalam Kamus Bahasa Besemah – Indonesia - Inggris yang disusun pakar bahasa Besemah dari Universitas Padjadjaran, Dr. Sutiono Mahdi.
Meskipun awalnya "ngabuburit" dalam bahasa Sunda itu tidak secara khusus dilakukan di bulan Ramadan, saat ini menjadi identik dengan bulan Ramadan.
BACA JUGA:Mau Liburan ke Pagaralam, Pahami Beberapa Kata Bahasa Besemah yang Sering Dijumpai Sehari-hari
BACA JUGA:Beberapa Kata Bahasa Besemah Ini Sering Terdengar Sehari-hari
Ngabuburit arti asalnya adalah menunggu waktu burit atau senja. Tidak hanya saat bulan puasa.
Nah, masyarakat penutur bahasa Besemah dan sekitarnya juga punya istilah khas yang sebanding dengan “ngabuburit” yang layak menasional pula. Masyarakat Besemah dan sekitarnya mengenal istilah metangkah aghi atau “metangkaghi”
Setidaknya sampai saat ini istilah "metangkaghi" masih lazim dipakai di wilayah tutur bahasa Besemah.
Entah apa ada dalam bahasa lain selain bahasa Sunda dan Besemah yang punya istilah khas tersebut. Barangkali saja ada kata lain. Tetapi, yang terdengar di masyarakat Pagaralam dan sekitarnya hanya dua istilah itu.
BACA JUGA:Film Berbahasa Lokal Sumsel Tayang di Bioskop, Ada Bahasa Besemah Juga Lho
BACA JUGA:Bahasa Sunda Punya Ngabuburit, Bahasa Besemah Punya Metangkaghi
Bahasa Sunda dengan penutur yang puluhan juta dan dekat dengan Jakarta sebagai pusat informasi dan perkembangan bahasa gaul secara perlahan melakukan penetrasi budaya melalui bahasa, membuat "ngabuburit" menjadi lema baru bahasa Indonesia sejak tahun 2000-an.
Sedangkan "metangkaghi" untuk diterima menjadi lema tersendiri dalam bahasa Indonesia sepertinya teramat sulit. Penutur bahasa Besemah dalam data mungkin hanya kisaran satu jutaan penutur. Namun, bukan berarti tidak bisa. Lihatlah lema dalam KBBI seperti "alap", "canggih", "kebat", "mantan" dan lainnya itu konon disadur dari bahasa Pasemah (alih-alih bahasa Besemah).