PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Mahasiswa akhir seringkali mengalami stres karena tuntutan akademik yang tinggi dan persiapan untuk memasuki dunia kerja.  

Stres akademik merujuk pada tekanan dan ketegangan yang dialami oleh mahasiswa selama masa perkuliahan.

Mahasiswa tingkat akhir pastinya pernah dalam kondisi stres, terutama pada saat menyusun skripsi.

Tidak hanya kewajiban untuk menyelesaikan tugas akhir, tekanan yang datang dari orang sekitar ditambah dengan aktivitas sehari-hari dapat membuat stres semakin menumpuk.

BACA JUGA:Ahli Matematika dan Fisikawan Jadi Profesi Paling Enak di Dunia, Gaji Besar dan Tidak Mudah Stres, Kok Bisa?

Cara mengelola stres sendiri setiap orang pastinya berbeda-beda.

Ekspetasi yang tinggi dari dosen dan orang tua juga menambah tingkat stres akademik.

Dimana dosen biasanya memiliki harapan yang tinggi terhadap mahasiswa mereka untuk mencapai hasil yang baik.

Demikian pula, orang tua juga seringkali memliki harapan yang tinggi terhadap prestasi akademik anak mereka.

BACA JUGA:6 Jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2024, Calon Mahasiswa Wajib Tau!

Ketika mahasiswa akhir merasa tidak dapat memenuhi ekspetasi tersebut, mereka mungkin merasa stres dan khawatir.

Ketakutan akan kegagalan atau tidak mencapai tujuan ini dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi.

Terdapat banyak dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mahasiswa akhir.

Mahasiswa akhir yang mengalami stres akademik dapat mengalami gangguan tidur, kurang nafsu makan, kelelahan, kecemasan dan depresi.

BACA JUGA:Kemenpora-UIN Raden Fatah Perkuat Moderasi Beragama Di Kalangan Mahasiswa Dengan Cara Ini

Selain itu, stres yang larut dapat mengganggu kemampuan belajar dan kosentrasi.

Pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil akademik secara keseluruhan.

Ketika mahasiswa tingkat akhir mengetahui cara yang tepat dalam mengelola stres bisa membantu melancarkan aktivitas sehari-hari.

Pada mahasiswa tingkat akhir, hal tersebut dapat membantu mempercepat proses pengerjaan skripsi.