Sebulan Bergelut dengan Ornamen, Ini Cerita Mahasiswa Unsri di Balik Pembuatan Miniatur Rumah Pangeran Ngulak
Miniatur Rumah Pangeran Ngulak ini adalah salah satu bangunan bersejarah kebanggaan masyarakat Musi Banyuasin, yang ditampilkan dalam Pameran Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan “Sambeyang Rame” hasil kolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wila-kolase-koranpalpres.com
Cerita Mahasiswa Unsri di Balik Pembuatan Miniatur Rumah Pangeran Ngulak
PALEMBANG, KORANPALRES.COM - Selama satu bulan penuh, Rafli Prima, mahasiswa semester 3 Jurusan Arsitektur Universitas Sriwijaya (Unsri), menghabiskan hari-harinya bergelut dengan ornamen dan detail dalam pembuatan miniatur Rumah Pangeran Ngulak.
Miniatur Rumah Pangeran Ngulak ini adalah salah satu bangunan bersejarah kebanggaan masyarakat Musi Banyuasin, yang ditampilkan dalam Pameran Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan “Sambeyang Rame” hasil kolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VI Sumatra Selatan dengan Universitas Sriwijaya (Unsri) yang digelar di OPI Mall Palembang, 7-9 November 2025.
Dengan skala miniatur 1:50, Rafli mengakui bahwa tantangan terbesar bukan pada bentuk keseluruhan bangunan, melainkan pada detail ornamen kecil yang harus dibuat dengan ketelitian tinggi.
“Bagian paling sulit itu bikin pagar dan jendela. Karena kecil banget, jadi harus hati-hati. Semua dibuat dari kayu balsah, soalnya bahan itu ringan dan mudah dipotong,” ujar Rafli sambil tersenyum bangga.
Kayu balsah yang mudah dibentuk menjadi senjata utama bagi mahasiswa muda ini untuk meniru keanggunan arsitektur tradisional rumah bangsawan Ngulak.
Namun, meskipun tampak sederhana, pekerjaan ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan luar biasa. Setiap lekuk pagar, motif jendela, dan detail atap harus mengikuti bentuk asli bangunan aslinya yang berusia lebih dari seabad.
Pembuatan miniatur ini memakan waktu sekitar satu bulan penuh. Selama itu pula Rafli dan teman-temannya meneliti bentuk arsitektur, mencocokkan proporsi bangunan, hingga memastikan tiap detail tampak realistis.
“Ini adalah proyek pertama. Enggak nyangka ternyata hasilnya bisa ikut pameran sebesar ini. Rasanya campur aduk, antara senang, gugup, dan bangga,” ungkapnya.
BACA JUGA:Rumah Kembar Tuan Kentang: Perpaduan Arsitektur Eropa dan Palembang
Bagi Rafli, momen ini menjadi pembuktian bahwa karya mahasiswa arsitektur tak hanya sebatas tugas kelas, tetapi juga bisa menjadi bagian dari pelestarian budaya daerah.
Miniatur yang dibuat Rafli merepresentasikan Rumah Putih Pintu Gribik, Rumah Batu, dan Rumah Panggung, tiga bangunan utama dalam kompleks Rumah Pangeran Ngulak, peninggalan bangsawan Pangeran H. Anang Mahidin dan keluarganya di Desa Ngulak, Muba.