Sebulan Bergelut dengan Ornamen, Ini Cerita Mahasiswa Unsri di Balik Pembuatan Miniatur Rumah Pangeran Ngulak
Miniatur Rumah Pangeran Ngulak ini adalah salah satu bangunan bersejarah kebanggaan masyarakat Musi Banyuasin, yang ditampilkan dalam Pameran Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan “Sambeyang Rame” hasil kolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wila-kolase-koranpalpres.com
Secara arsitektural, Rumah Putih menampilkan gaya rumah limas tradisional Palembang yang sederhana namun berwibawa.
Ruang dalamnya yang luas tanpa banyak sekat menonjolkan fungsi komunal sementara material utamanya kayu tembesu dan kayu unglen menjamin ketahanan bangunan hingga kini.
Warna putih pada dinding luarnya melambangkan kesucian dan memberi identitas khas yang abadi.
Setelah lebih dari 142 tahun berdiri, Rumah Putih Pintu Gribik menjadi bagian dari Cagar Budaya Kabupaten Musi Banyuasin, warisan megah yang merefleksikan kemuliaan, kebersamaan, dan keteguhan budaya lokal.
2. Rumah Panggung
Berdiri anggun di sini kanan kompleks, Rumah Panggung atau rumah tamu dibangun pada tahun 1924 dan kini telah berusia satu abad.
Dahulu rumah ini ditempati oleh Pangeran H Anang Mahidin bersama adiknya, H Muhammad Damer, serta difungsikan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan mulai dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah militer jepang, hingga pemerintah Republik Indonesia.
Kehadirannya menjadi simbol keramahan, kehormatan, dan keterbukaan bangsawan sanga desa terhadap berbagai lapisan masyarakat.
Secara arsiteektural rumah panggung menampilkan gaya rumah limas Kesultanan Palembang Darussalam yang sarat makna sosial dan budaya yang tinggi.
BACA JUGA:Menteri Kebudayaan Fadli Zon Buka Pameran Perangko di Kota Tertua Palembang
Bargunan ini berdiri di atas Bangunan kayu unglen yong kokoh, dengan dinding kayu tembesu dan atap genteng merah yang khas.
Di dalamnya terdapat tiga kamar tidur serta dapur yang terhubung langsung ke Rumah Batu, menciptakan hubungan harmonis antar bangunan di kompleks tersebut.
struktur panggung yang tinggi bukan hanya elemen estetis, tetapi juga adaptasi cerdas terhadap Iingkungan rawa dan curah hujan tinggi di wilayah Sanga Desa
Kini Rumah Panggung tidak lagi difungsikan sebagai tempat tinggal, namun tetap menjadi bagian penting dari Kompleks Cagar Budaya Rumah Pangeran H. Anang Mahidin.