https://palpres.bacakoran.co/

Divisi Humas Polri Nonton Bersama Film Berjudul Aku Rindu

Divisi Humas Polri mengajak wartawan untuk menonton bersama film inspiratif karya sineas Indonesia berjudul ‘Aku Rindu’, Sabtu (28/10/2023).--humas

JAKARTA - Divisi Humas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengajak wartawan untuk menonton bersama film inspiratif karya sineas Indonesia berjudul 'Aku Rindu'.

Kabag Mitra Divisi Humas Polri, Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal membenarkan hal itu. "Benar kita mengajak wartawan untuk menonton bersama film inspiratif karya sineas Indonesia," ujarnya, Sabtu (28/10/2023). 

Kombes Pol Mustofa mengatakan, bahwa film tersebut bercerita mengenai kehidupan keluarga polisi di tengah masyarakat Flores Timur yang dihadapkan pada berbagai persoalan.

"Film yang kita tonton itu, berdurasi sekitar 90 menit dan mengangkat cerita tentang kehidupan keluarga polisi di tengah masyarakat Flores Timur yang dihadapkan pada berbagai persoalan," katanya.

BACA JUGA:Kembali, Tim Densus 88 Antiteror Polri Tangkap 27 Tersangka Terorisme di 3 Provinsi

Ia menjelaskan, bahwa dalam ceritanya anggota Polri menjadi pemecah berbagai permasalahan yang melibatkan akses pendidikan, ketersediaan obat-obatan, listrik, dan tindak pidana perdagangan orang di wilayah tersebut.

"Dari film yang kita tonton ini menyampaikan pesan bahwa seorang personel Polri harus siap bertugas di mana pun, dan keluarganya harus mendukung tugas suaminya," jelasnya. 

Bahkan seorang personel Polri harus bisa menjadi pemecah masalah yang dihadapi masyarakat, dengan hadir di tengah-tengah mereka. 

Film ‘Aku Rindu’ dibintangi oleh aktor ternama Samuel Rizal, yang berperan sebagai Bantu, seorang anggota Polri, dan Verlita Evelyn, yang memerankan Lailani, istri Banyu.

BACA JUGA:Super Sekali! 7 Langkah Hebat BPJPH Hingga Mampu Lampaui Target 1 Juta Produk Bersertifikat Halal

Sutradara Key Mangunsong mengisahkan perjuangan istri Lailani, seorang guru, yang ikut suaminya berdinas di wilayah Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Di sana, Lailani berjuang untuk memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak setempat dan membantu mereka meraih ijazah kesetaraan, sehingga mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka.

Film ini juga menggambarkan situasi di wilayah yang rentan terhadap perdagangan orang, sulit akses obat-obatan, dan listrik yang terbatas. 

Perjuangan Lailani dalam mengajar anak-anak dan upaya Kompol Banyu dalam memburu pelaku tindak pidana perdagangan orang menjadi fokus cerita.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan