Kurikulum Merdeka Jadi Kurikulum Nasional, Praktisi Pendidikan Sumsel: Beban Guru Harus Dikurangi!
Suherman mengaku awalnya sangat memuji setinggi-tingginya Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang telah merancang Kurikulum Merdeka.--koranpalpres.com
PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) yang memastikan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional di tahun 2024 ini.
Terkait hal tersebut, Praktisi Pendidikan Sumsel (Sumatera Selatan) Dr Suherman SPd MSi ikut berkomentar.
Suherman yang juga merupakan guru di SMA PGRI 2 dan SMA Muhamadiyah 2 Palembang ini mengatakan, sebagai tenaga pendidik awalnya ia sangat setuju dengan program Kurikulum Merdeka ini.
Dosen S1 FKIP dan Pascasarjana di Universitas PGRI Palembang ini mengaku juga sangat memuji setinggi-tingginya Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang telah merancang Kurikulum Merdeka.
BACA JUGA:2 Buah Tangan Pj Gubernur Agus Fatoni Auto Bikin Seisi Ponpes Sumringah
BACA JUGA:Kolaborasi Ilmiah Menarik FST dan BMKG, Kira-Kira Akan Jadi Apa Ya?
Apalagi saat pandemi covid-19 kemarin sambung Suherman, Kurikulum Merdeka telah terbukti efisien.
"Awalnya saya sangat setuju dengan Kurikulum Merdeka ini apalagi saat covid 19, namun di akhir kepemimpinan Pak Menteri Nadiem kok mulai menyakitkan?" singgung Suherman.
Hal itu berlandaskan dari kebijakan dari Kurikulum Merdeka yang bukan hanya menuntut para guru bukan hanya mengajar tapi juga berurusan dengan administrasi.
"Kita bisa lihat saja sekarang guru-guru lebih sering berurusan dengan administrasi daripada mengajari murid-muridnya, nah hal itu sangat berbahaya loh," tutur Suherman.
BACA JUGA:Kakanwil Resmikan PTSP dan Perpustakaan Digital, MTsN 2 Palembang Jadi Pelopor Transformasi Digital
BACA JUGA:Bersatu Menuju Kesuksesan Bersama Jadi Tema Eye Level Indonesia Annual Meeting 2024
Dikarenakan dalam prosedur di kurikulum merdeka mengharuskan para guru agar membuat RKH (Rencana kegiatan harian) RPP (Rencana pelaksanan pembelajaran) dan PMM (Platfrom Merdeka Mengajar) yang membuat para guru stress.
"Kami sejujurnya sangat terbebani secara mental dan psikis dengan diharuskannya membuat RKH, RPP, dan PMM yang menyita banyak waktu kami daripada harus mengajar secara interns di kelas," keluh Suherman.