Tahun 1985, Israel mulai menarik mundur pasukannya dari Lebanon.
Yang tersisa adalah,80 persen desa di selatan Lebanon rata dengan tanah akibat perang.
BACA JUGA:Motor Yamaha Terlaris di Sumsel dan Bengkulu dengan Garansi Rangka 5 Tahun!
Korban sipil mencapai 4 ribu hingga 8 ribu selama pengepungan Beirut dan sepanjang perang.
Mayoritas korban sipil tewas dan luka karena terjebak dalam baku tembak.
Sementar yang lain, tewas akibat pembantaian yang terjadi pada peristiwa Pembantaian Sabra dan Shatila,16-18 September 1982.
Saat itu pasukan Israel mengepung kamp pengungsi Palestina dan minoritas Syiah.
BACA JUGA:Seru! Anak anak Terpukau Dengan Cerita Dongeng Kak Ninuk, Ajarkan Cara Meningkatkan Minat Baca
Mereka menganggap kamp tersebut sarang militan PLO.
Milisi Forces Libanaises merangsek masuk dan melakukan penjagalan yang menewaskan 3.000 sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Kejadian pilu ini disuarakan dalam lagu “Atouna el Toufoule”.
Lirik menyiratkan penyesalan, kepedihan, hingga kemarahan anak-anak yang suaranya selalu terpendam di balik bisingnya perang.
BACA JUGA:Patut Diberi Bintang 5, Bank Muamalat Gelontorkan Rp 322,5 Juta untuk 82 Anak Karyawannya
Lagu ini menjadi simbol dari masa kanak-kanak Lebanon akibat perang.
Simbol bagi anak-anak dan orang yang butuh akan perdamaian dan kebebasan seperti mimpi anak-anak Gaza di Palestina.
Konflik psikis dalam syair lagu menggambarkan kisah anak-anak Gaza yang terdampak perang dan masih mengharapkan perdamaian di balik perasaan sedih dan marah mereka.