Ada beberapa alasan mereka tidak menjalankan adat atau tradisi dari nenek moyang.
BACA JUGA:Aturan Pakaian Seragam Berpeluang Ada ‘Bisnis Baru’ di Sekolah: Kualitas Dibagusin Bukan Pakaiannya!
BACA JUGA:Habis Lebaran Mencari Mobil Bekas? Suzuki Baleno Bisa Kamu Pertimbangkan
Pertama, karena tidak sesuai dengan apa diperintahkan oleh Tuhan mereka yang beragama kristen di dalam Alkitabnya.
Kedua, karena terlalu memakan waktu dan biaya.
Masih sejalan dengan alasan yang pertama menganggap kelompok masyarakat yang mengadakan adat tradisi dalam upacara pernikahan hanya menonjolkan siapa yang paling mampu agar dipandang lebih tinggi, lebih disegani dan lebih dihormati oleh orang-orang yang hadir di acara tersebut.
Ketiga, biaya yang dikeluarkan cukup besar dan harusnya bisa dialokasikan untuk yang lebih penting malah dihabiskan untuk yang kurang penting seperti sawer-menyawer pada saat Manortor dimulai.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Parfum Pria Terbaik 2024 yang Murah dan Tahan Lama, Murah Tapi Gak Murahan
BACA JUGA:Libur Lebaran Selesai! 99 Persen Pegawai Pemprov Sumsel Masuk Kerja di Hari Pertama
Sebagian kelompok masyarakat menganggap hal tersebut kurang pantas karena hanya menghamburkan uang.
Menurut kelompok lain yang menjadi tradisi mereka adalah menganggap hal tersebut sebagai bentuk menjalankan perintah Tuhan mereka.
Perayaan pernikahan tanpa adat atau tradisi Batak Toba khususnya yang beragama Kristen sama halnya seperti beribadah pada umumnya seperti Orang Barat.
Hanya saja di tengah acara ibadah ada penambahan agenda yaitu pemberkatan nikah.
BACA JUGA:Laka Beruntun di Demang Lebar Daun Palembang, Dua Orang Dilarikan Ke RSMH
BACA JUGA:Kawasan Wisata Gunung Dempo Jalan Umum, Kapolres Pagaralam Tegaskan Pelanggar Lalin Akan Ditilang
Pemberkatan nikah ini dilakukan seperti layaknya pernikahan pada umumnya, diberkati oleh pendeta dan disaksikan oleh keluarga, kerabat, dan tamu undangan yang hadir di sana.