Keterangan sejumlah narasumber, transaksi jual beli karet setiap hari, bahkan sampai larut malam.
Karet berdatangan dari sejumlah bagian Kabupaten Muratara. Jumlah karetnya sangat banyak. Puluhan ton.
BACA JUGA:10 Jam Tangan Militer Ini Sudah Menjadi Legenda dan Turut Mengawal Sejarah Peradaban Dunia
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Singkat Muara Rupit Ibu Kota Musi Rawas Utara yang Sudah Ada Sejak 1825
Ada pemilik karet menggunakan bambu sebagian pelampung untuk membawa karet, itu yang bagian hulu sungai, seperti Desa Muara Tiku, Rantau Telang, dan Tanjung Agung.
Sementara yang dari hilir sungai menggunakan mesin ketek, ada juga yang di masuk dalam perahu ketek.
2. Ongkos 25 Rupiah
Benar saja, pada masa itu mata uang rupiah sangat rendah. Ongkos taksi speedboat di kenakan 25 rupiah saja.
25 rupiah. Jumlah tersebut cukup besar pada masa itu. Jika di rupiahkan pada masa sekarang, kisaran 35 ribu rupiah hingga 50 ribu rupiah.
BACA JUGA:5 Smartwatch Anti Air untuk Renang, Cocok Buat Kamu yang Hobby Diving
BACA JUGA:7 Merk Parfum Wanita Terbaik untuk Pesta dan Acara Formal, Punya Aroma Mewah dan Tahan Lama
Tidak hanya ongkos taksi transportasi sungai 25 rupiah. Menggunakan taksi mobil di kenakan ongkos yang sama.
Pada masa itu, warga yang memiliki taksi mobil sangat sedikit. Bahkan bisa di hitung jari.
Pada masa itu, warga yang memiliki uang 1 juta rupiah sangat kaya. Bahkan di sebut warga kaya raya.
3. Lebaran Taksi Speedboat
Nah, yang ketiga ini. Speedboat dan biduk ketek akan ramai di musim lebaran.