Menurut Heddy, ada tiga pemicu majemuknya suku bangsa di DIY yakni perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.
Dalam perdagangan suku bangsa yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak lepas dari sejarah bangsa Indonesia di masa lalu.
Dulu, sejumlah bangsa asing yang datang ke Indonesia untuk berdagang lalu mereka menetap dan beranak pinak sampai kini seperti orang-orang keturunan Cina, India, atau Arab yang cukup signifikan di Yogyakarta.
Para pedagang nusantara seperti Minangkabau, Madura atau dari Bugis dan lainnya juga turun temurun tinggal di sini.
Dari sektor pendidikan dulu Yogyakarta adalah tempat pendidikan terbaik yang banyak mengundang orang dari segala penjuru nusantara bahkan dari luar belajar di sini.
Meskipun kini tidak seperti dulu karena banyak daerah di Indonesia sudah cukup memadai fasilitas pendidikannya sehingga mereka lebih memilih berkuliah di daerah sendiri.
Meskipun demikian, tetap saja banyak mahasiswa dari luar Yogya yang berkuliah di sana.
BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Sulawesi Utara: Selain Didiami Suku Bohusami, Ada Suku Borgo Keturunan Eropa
Dari segi kebudayaan, keberadaan Keraton Yogyakarta juga menjadi salah satu daya tarik suku bangsa datang ke Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta tidak bisa dipungkiri sebagai pusat budaya dan juga pusat seni dan ekonomi.
Sebagai pusat seni dan ekonomi inilah menjadi alasan banyak suku bangsa datang ke Yogyakarta.
Sementara dalam bidang bahasa, menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta.
BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Gorontalo: Ada Suku yang Kontroversial dengan Tradisi Inses
Berdasarkan data Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam intansi pemerintahan pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta bahasa resmi adalah bahasa Indonesia.