Kedua, sungai-sungai yang tadinya berjumlah lebih dari 300-an, sekarang sudah berkurang (menyempit, dan buntu/mampet, bahkan hilang).
Tentu efeknya akan menahan arus air sungai yang masih tersisa dan tidak mengalir menyebabkan genangan dan banjir.
BACA JUGA:400 KK Terdampak Banjir, Kodim Muara Enim Siapkan Dapur Lapangan
Ketiga, kurangnya kesadaran kita dan cenderung merusak alam, atau menentang hukum alam serta membuang sampah ke sungai.
“Jika kita amati dampak dari beragam aktivitas, mulai dari penimbunan buat pembangunan sampai pembuangan sampah sembarangan menyebabkan kebanjiran di kota Palembang.
Ada ratusan anak sungai Musi yang hilang dan terjadi pendangkalan sungai”.
Jika kita melihat usia kemerdekaan Negara kita yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 hingga saat ini (2024) artinya usia negara kita Mendekati HUT Ke-79 Tahun.
BACA JUGA:Diguyur Hujan Deras, Puluhan Rumah di Musi Rawas Terendam Banjir, Ini Kondisinya!
Dalam usia ini Palembang telah kehilangan ratusan anak sungai Musi.
Kepastian kehilangan ratusan anak Musi ini setelah pemerintah Kota Palembang merilis data bahwa sungai dikota Palembang hanya tinggal 95 anak Sungai Musi.
Jika data sebelumnya pada tahun 1930-an kota Palembang ini memiliki 316 anak sungai dikurangi dengan jumlah sekarang 95 anak sungai.
Jadi, selama Indonesia berdiri, Palembang kehilangan 221 anak sungai.
BACA JUGA:Banjir Bandang di OKU Membawa Kabar Buruk, 2 Tim Rescue Basarnas Cari Orang Hilang Terbawa Arus
D. Penataan Air Kota Palembang dari Masa ke Masa
Berikut ini beberapa kegiatan/Pembangunan Penataan Air dan Sungai yang menonjol sejak zaman Sriwijaya, Kesultanan, Kolonial, hingga Kemerekaan.
A. Masa Kerajaan Sriwijaya