Artikel ini ditulis oleh Auranica Aqueena Putri, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang dengan judul “Fenomena Childfree di Indonesia: Pilihan atau Tantangan?”
Childfree adalah istilah yang menggambarkan keputusan sukarela untuk tidak memiliki anak.
Fenomena ini semakin sering dibicarakan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Pilihan ini mencerminkan perubahan besar dalam pandangan terhadap keluarga dan peran gender, serta menunjukkan dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang.
BACA JUGA:Ga Asal Bayar Doang, Ternyata Pajak Punya Kontribusi Nyata untuk Kesehatan Masyarakat
Apa saja faktor pendorong, tantangan, dan pandangan terhadap fenomena childfree di Indonesia?
Sejarah dan Konteks Global
Keputusan untuk hidup childfree bukanlah hal baru.
Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi, pendidikan, dan akses terhadap kontrasepsi, semakin banyak pasangan, terutama di negara maju, yang mempertimbangkan dan memilih gaya hidup ini.
BACA JUGA:Jelang Pengumuman PPDB SMA Sumsel, Ombudsman Ingatkan Ini Kepada Sekolah dan Dinas Pendidikan!
BACA JUGA:UNPAR Buka Program Studi Baru, Alumninya Punya Prospek Kerja Menjanjikan
Di Indonesia, fenomena ini mulai mendapatkan perhatian lebih dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan perubahan pola pikir generasi milenial dan generasi Z yang lebih terbuka terhadap berbagai pilihan hidup.
Faktor Pendorong
Berdasarkan studi yang diidentifikasi, ada beberapa faktor yang mendorong individu atau pasangan di Indonesia memilih untuk tidak memiliki anak: