BACA JUGA:5 Merk Flat Shoes Khusus Wanita, Bikin Nyaman Tampil Kekinian dan Modis
BACA JUGA:Wow Ada Apa Sih, Wakil Komandan Kodiklat TNI AD Berada di Tulang Bawang
Pandangan dari Berbagai Kalangan
Fenomena childfree ini menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari akademisi hingga praktisi kebijakan.
Dr. Fitrah Aulia, seorang sosiolog di Universitas Indonesia, berpendapat bahwa pilihan untuk hidup childfree mencerminkan perubahan nilai-nilai masyarakat yang semakin individualistik dan terbuka terhadap berbagai bentuk keluarga (Aulia, 2021).
Sementara itu, dalam pandangan agama dan budaya, keputusan untuk tidak memiliki anak masih sering kali diperdebatkan.
BACA JUGA:Prospek Kerja Menjanjikan! Inilah 4 Sekolah Kedinasan Terbaik di Palembang, Mana Nih Incaran Kamu?
BACA JUGA:Wow Ada Apa Sih, Wakil Komandan Kodiklat TNI AD Berada di Tulang Bawang
Beberapa ulama dan pemuka agama memandang hal ini sebagai penyimpangan dari ajaran yang mengutamakan keturunan sebagai salah satu tujuan pernikahan.
Namun, ada juga pandangan yang lebih moderat yang menghormati pilihan individu berdasarkan konteks dan alasan pribadi yang kuat.
Media dan Representasi
Media massa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat tentang gaya hidup childfree.
BACA JUGA:Bukan Sekedar Populer di Bulan Ramadan, ini 10 Manfaat Kurma Bagi Kesehatan Tubuh Manusia
Beberapa media mulai menyoroti cerita-cerita positif tentang pasangan childfree, menggambarkan mereka sebagai individu yang mandiri, bahagia, dan sukses.
Namun, representasi negatif juga masih sering muncul, di mana keputusan ini dikaitkan dengan stigma dan prasangka (Yuliana, 2021).