Pentingnya penjelasan teknis timpal Mentari, dikarenakan yang bekerja banyak dan tidak bisa selalu diawasi selama pelaksanaan.
Jadi, harus diberikan informasi bagaimana melakukan teknis konservasi dengan baik agar tidak membuat kerusakan baru saat pembersihan.
Kenapa penggunaan APD cukup ditegaskan, Mentari menjelaskan, penggunaan masker untuk menghindari bahaya untuk pernapasan.
“Karena memang banyak debu di permukaan batu,” sebutnya.
BACA JUGA:Pondok Pindang dan Dogan di Ogan Ilir Terbakar, Ini Kronologisnya
BACA JUGA:Untung Banget! Cukup Daftarkan Nomor HP, Saldo DANA Gratis Rp125.000 Langsung Jadi Milikmu
Sementara penggunaan sarung tangan karena khawatir luka saat melakukan penggosokan batu.
Terkait penggunaann zat cair dalam proses konservasi, Mentari mengklaim tidak berbahaya lantaran dibuat dari bahan tradisional.
“Kita pakai minyak atsiri atau minyak sereh, biasa dipakai buat pijat urut juga kalau di kampung-kampung,” ujarnya sumringah.
Dia menimpali bahwa untuk konservasi, pihaknya sudah tidak lagi menggunakan bahan kimia.
“Sudah banyak bahan alternatif lain dengan manfaat yang sama,” tambahnya.
Alih-alih, selain melibatkan relawan dari Disdikbud Lahat dan juru pelihara.
Dalam kegiatan konservasi kemarin BPK Wilayah VI mengundang OPD di bidang kebudayaan di Sumatera Selatan.