KORANPALPRES.COM - PT Hutama Karya (Persero) memperkuat komitmennya terhadap pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan dengan menerapkan inovasi berkelanjutan dalam proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Proyek ambisius ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah, tetapi juga untuk menjadi contoh utama penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam infrastruktur.
Hutama Karya menunjukkan dedikasinya melalui sejumlah inisiatif inovatif yang menjadikan JTTS sebagai model jalan tol hijau.
Selama proses perencanaan pembangunan, Hutama Karya (HK) telah melibatkan kajian lingkungan yang mendalam untuk menilai dampak jangka panjang dari proyek tersebut.
BACA JUGA:Ini 3 Jalan Tol Tertua di Indonesia yang Perlu Kamu Tahu
BACA JUGA:Ini 8 Jalan Tol Unik di Indonesia yang Bikin Kagum Dunia
Kajian ini tidak hanya fokus pada permasalahan klasik seperti kehilangan biodiversitas, kerusakan ekosistem, dan emisi karbon, tetapi juga pada upaya mitigasi yang efektif.
“Dalam setiap langkah perencanaan, kami selalu mempertimbangkan dampak lingkungan secara menyeluruh. Kami berkomitmen untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul selama pembangunan dan pengoperasian jalan tol,” ujar Sekretaris PT Hutama Karya, Adjib Al Hakim.
Hutama Karya aktif berkoordinasi dengan berbagai instansi daerah, termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Non-Governmental Organizations (NGO), untuk memastikan bahwa setiap aspek dari pembangunan JTTS mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan.
Kajian dampak lingkungan ini meliputi pengelolaan kualitas tanah dan air, kebisingan, pengendalian polusi, pelestarian keanekaragaman hayati, serta pengelolaan limbah cair dan B3.
BACA JUGA:Jalan Tol Pertama di Jambi Hampir Rampung, Tinggal Finishing, Akhir Agustus Gunting Pita
Dalam pelaksanaannya, HK telah menerapkan langkah-langkah mitigasi yang komprehensif, seperti pemilihan trase jalan tol yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan dan perancangan koridor satwa untuk mengurangi fragmentasi habitat.
“Kami juga aktif berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk rehabilitasi kawasan hutan yang terkena dampak,” tambah Adjib.
Penerapan prinsip ESG ini juga mencakup pembangunan JTTS Tahap II, yang menghubungkan Jambi dan Riau.