Saat itu Ir. Soekarno memerintahkan Mayor Husein Mutahar, sang ajudan, untuk menyiapkan pengibaran Bendera Pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Pada saat itu, ibu kota pindah ke Yogyakarta karena agresi militer Belanda.
BACA JUGA:Heboh Paskibraka Muslimah Wajib Lepas Jilbab, Ini Daftar Kontroversi Kepala BPIP Yudian Wahyudi
Pada saat mempersiapkan upacara peringatan kemerdekaan itulah muncul di benak Mutahar untuk melibatkan para pemuda dari seluruh Indonesia.
Namun, karena waktu yang terbatas, ia hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda, yang terdiri dari tiga putra dan dua putri, yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta.
Lima orang tersebut melambangkan Pancasila.
Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.
Ketika ibu kota dikembalikan ke Jakarta pada 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran Bendera Pusaka karena pengibarannya setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966.
Anggota pengibar Bendera Pusaka baru dilakukan oleh siswa SMA se-Indonesia pertama kali terjadi pada 1969.
Setiap provinsi diwakili oleh sepasang putra dan putri.
Tim tersebut diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.
Nama itu ditetapkan sejak 1967 hingga 1972.
Istilah Paskibraka baru digunakan pertama kali pada 1973. Pencetusnya Idik Suleaman.
Ia memperkenalkan nama baru, yaitu Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
Sesuai namanya, tujuan utama dari Paskibraka adalah mengibarkan bendera Merah Putih pada saat upacara peringatan kemerdekaan Indonesia di tiga tingkat, yakni kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.