Lahan rawa yang berair asam (pH terukur 3-4) memerlukan pengapuran sebelum digunakan untuk pemeliharaan ikan.
Tidak hanya masalah air asam dan berkarat saja, tetapi juga kandungan amonia yang tinggi di perairan rawa terutama pada daerah resapan yang banyak tumpukan bahan organik.
Pada musim kemarau, sumber air yang menipis dan amonia yang lebih cepat terbentuk menyebabkan penurunan kualitas air semakin cepat.
BACA JUGA:CEK Syarat, Alur Pendaftaran, Materi Ujian dan Jadwal Seleksi Jalur Mandiri Unsri 2024
Hal ini menjadikan penyiapan sumber air untuk budidaya ikan tidak cukup hanya dengan pengapuran.
Penggunaan probiotik sebagai starter bioflok juga diperlukan untuk menurunkan kadar amonia yang lebih dari 1 mg per liter dalam air untuk budidaya.
Selain itu, tumbuhan air juga dapat digunakan untuk membantu menjaga kualitas air media budidaya.
Pemilihan sistem bioflok untuk budidaya lele sudah tepat untuk mengurangi cemaran limbah budidaya ikan di lingkungan sekitar.
Sekaligus dapat meningkatkan efisiensi pakan serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Sistem bioflok dapat memanfaatkan amonia.
Amonia sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan mikroba terutama bakteri heterotrof pembentuk flok yang dapat menjadi pakan alami bagi ikan budidaya.
Azolla sebagai tumbuhan air yang bernilai gizi tinggi dengan kadar protein mencapai 30% bobot kering.
BACA JUGA:Silaturahmi dengan Mahasiswa Asal Papua di UNSRI, Ini yang Dilakukan Kapolda Sumsel