Vivi menjelaskan, ada 3 pola tanam yang dipakai di antaranya, tanam rakyat, perkebunan besar dan tumpang sari.
Di samping itu, sambung dia, yang perlu pekebun waspadai terhadap hama, yang kerap kali menyerang tumbuhan kopi untuk diperhatikan seksama.
"Misalnya Nematoda parasit dengan nama latin Pratylenchus coffeae dan Radopholus Similis, atau dikenal penggerek buah kopi (PBKo) dan penyakit karat daun atau disebut Hemileia Vastatrix," terangnya.
Nah, untuk pengendaliannya sendiri penggunaan bahan tanam tahan terhadap Nematoda parasit, dengan jenis klon kopi robusta BP 308 untuk batang bawah.
BACA JUGA:Kecamatan Gumay Ulu Lahat Bergantung pada Kopi dan Karet, Ini Saran Kadisbun Vivi Anggraeni
"Yakni, penggunaan agensia biologis dengan jamur trichoderma untuk jamur akar putih (JAP), jamur beauveria untuk PBKo serta penggunaan atraktan dan senyawa perangkap hypotan," ulas dirinya.
Ia menghimbau, sedangkan persoalan pengemasan dan penyimpanan produk, biji kopi hasil sortasi dikemas dalam karung dengan beras bersih 60 kg/kemasan, setiap karung diberi label yang menunjukkan nama produk, jenis mutu dan identitas produsen dengan menggunakan cat dengan pelarut non minyak.
"Biji kopi disimpan didalam ruangan yang cukup bersih, dengan kelembaban udara tidak lebih dari 75 persen, ventilasi udara cukup, dan tidak bercampur dengan produk pertanian lainnya beraroma keras," papar Vivi Anggraeni.
Ia menuturkan, untuk tumpukan maksimum mencapai 6 karung, dan disangga dengan palet dari papan kayu setinggi 8-10 centimeter (cm), jarak dari dinding 15-20 cm, dan jarak tumpukan karung dari plafon kisaran 100 cm.
BACA JUGA:Kecamatan Pulau Pinang Lahat Cocoknya Budidaya Tanaman Bahan Minuman Paling Populer di Dunia Ini
"Untuk teknik penjemuran kopi sendiri dapat dilakukan diatas para-para atau pantai jemur, pada cuaca cerah diperkirakan waktu 2-3 Minggu hingga 12 persen, pembalikan biji dilakukan setiap 1-2 jam. Lalu tebal kopi yang dijemur antara 5-8 cm dan alat penjemur sebaiknya dilengkapi dengan penutup plastik," pungkasnya.