Dalam hal ini kita bisa menciptakan ruang dialog yang konstruktif dengan mengadakan forum atau pertemuan rutin, di mana semua pihak dapat berbagi pandangan dan masukan tanpa takut dihakimi.
Dalam forum ini, penting untuk menciptakan atmosfer yang terbuka dan mendukung, di mana setiap peserta merasa dihargai dan memiliki suara yang didengar.
Misalnya, kita dapat menggunakan metode fasilitasi yang mendorong partisipasi aktif, seperti teknik "round robin," di mana setiap orang diberi kesempatan untuk berbicara tanpa interupsi.
Perkuatan kepemimpinan antar instansi melalui kolaborasi bukan hanya sebuah langkah strategis, melainkan suatu kebutuhan mendesak.
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, kita perlu pemimpin yang visioner dan inklusif serta individu yang tidak hanya mampu membangun jaringan, tetapi juga menciptakan ruang bagi dialog dan kerjasama.
Seorang pemimpin yang memahami bahwa keberhasilan bukanlah hasil kerja individu, melainkan hasil kolaborasi tim yang solid.
Kepemimpinan yang efektif dalam konteks kolaborasi mengharuskan pemimpin untuk menjadi fasilitator, mediator, dan penghubung antara berbagai instansi.
BACA JUGA:Jelang SULE-IC FKIP Unsri Tahun 2024, Sekda Edward Candra Beri Komentar Mengejutkan
BACA JUGA:Sekolah Kebangsaan FISIP Unsri dan Mafindo, Siap Tangkal Hoaks di Era Digital
Mereka perlu memiliki keterampilan interpersonal yang baik, sehingga dapat mendorong dialog yang konstruktif dan mengatasi perbedaan yang mungkin muncul.
Dalam hal ini, pemimpin yang mampu menjalin hubungan yang kuat dan saling percaya akan memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan kolaborasi.
Dalam konteks tantangan yang semakin kompleks, pendekatan lintas sektoral menjadi semakin penting.
Misalnya, untuk menangani krisis kesehatan masyarakat, dibutuhkan sinergi antara instansi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.